Buku Ikhtisar Biografi Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari 1871-1947 diterbitkan LTN PBNU. (Foto: NU Online/Syakir)
Namanya masyhur sebagai seorang ulama dengan kiprah yang luar biasa bagi agama, nusa, dan bangsa. Kiprahnya tentu tidak lahir dari proses yang instan, melainkan dari pergumulan dengan pengetahuan dan pengalaman yang panjang.
Gerakannya diawali dari kemauan dan tekad yang kokoh untuk menempa diri, belajar dan mengaji secara tekun, dari satu pesantren ke pesantren lain, dari satu kiai ke kiai lain. Belum puas di dalam negeri, sosok mudanya bertolak ke Makkah untuk semakin memperdalam wawasan dan pengalamannya.
Rupanya memang itulah modal besarnya sebagai tokoh penting dalam pergerakan di zamannya. Kiai Hasyim muda belajar berbagai macam ilmu kepada para ahlinya secara langsung. Bahkan sebelum pulang kembali ke tanah airnya, beliau juga sempat mengajar di tanah suci itu.
Baca Juga
“Hadratussyekh” Bukan Gelar Sembarangan
Tentu saja hal tersebut menjadi pengalaman berharga baginya dalam upaya menyemai hasil pembelajarannya di tanah airnya, sampai kemudian mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Perjalanan keilmuannya ini diurai secara sangat ringkas dalam buku Ikhtisar Biografi Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari 1871-1947. Namanya juga ikhtisar. Bukan ikhtisar lagi kalau memang dijelaskan secara lebih luas.
Selaras dengan ikhtisar itu, buku ini dicetak dalam bentuk saku dengan ukuran 10.5 cm x 16 cm. Bentuknya yang mini itu membuatnya mudah dibawa ke mana-mana dan nyaman untuk dibaca di mana-mana, seperti di kantor, di kafe, atau bahkan di angkutan sembari berdiri.
Buku ini menyajikan secara khusus subbab mengenai pemikiran Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari. Menariknya, beliau dalam satu sisi terkesan tradisional, tetapi di sisi lain juga mengesankan modern, jika boleh mendikotomikan dua kutub itu. Artinya, beliau memang menempatkan posisi sesuai dengan porsinya, tidak sepenuhnya pada satu kutub pemikiran sampai mengarah pada ekstrem.
Menariknya, meskipun pemimpin tertinggi, tidak berarti pemikirannya sama dan secara otomatis diikuti oleh seluruh Nahdliyin. Beberapa kiai NU juga berbeda pandangan dengan Kiai Hasyim dalam beberapa hal.
Pada subbab pemikiran itu, penulis membaginya lagi pada empat bagian, yakni (1) teologi, (2) Ahlussunnah wal Jama'ah, (3) tasawuf, dan (4) fiqih. Entah alasan apa, penulis memasukkan bagian Ahlussunnah wal Jamaah. Padahal, substansi itu juga dibahas dalam bagian lainnya. Malah, definisi Ahlussunnah wal Jamaah tidak merujuk pada kitab Risalah Ahlissunnah wal Jama'ah. Jika kita lihat pada kitab tersebut, Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari secara jelas menyebut dalam bidang tasawuf mengikuti Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili dan Imam Al-Ghazali, bukan Syekh Junaid al-Baghdadi.
Pemikiran dan kebijakan politik
Buku ini mengulas secara khusus perihal pemikiran dan aktivitas politik Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari. Di sini, sekali lagi, pembaca akan ditunjukkan sosok tokoh yang memang betul-betul moderat dengan menerapkan kebijakan sesuai kondisinya.
Pemikiran politiknya, Kiai Hasyim sangat maju karena tidak memaksa untuk menerapkan bentuk negara yang berdasarkan agama. Bahkan sebagai pemimpin tertinggi NU, Kiai Hasyim menyepakati bahwa negara Hindia Belanda (saat itu belum Indonesia) merupakan negara Islam dan perlu didukung karena memberikan ruang kebebasan dalam beribadah. Selain itu juga, latar belakang sejarah wilayah tersebut pernah berdiri negara Islam. Hal ini diputuskan NU pada Muktamar NU tahun 1936 di Banjarmasin.
Dalam sisi yang lain, Kiai Hasyim juga tegas melakukan perlawanan jika menyangkut keamanan akan negara yang sudah sah. Bahkan, beliau mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 dan dengan hal tersebut, orang-orang berbondong-bondong menyerbu ikut bergabung berperang melawan sekutu yang hendak kembali merebut kemerdekaan dari bangsa Indonesia.
'Ala kulli hal, buku ringkas ini bakal membuat pembaca semakin mengenal sosok Kiai Hasyim, baik dari sisi intelektualitasnya berupa pemikiran dan karya-karyanya, juga dari segi aktivitas di luar pesantrennya, yaitu politik dan perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia.
Peresensi Syakir NF, pelayan di Perpustakaan Cipujangga, Padabeunghar, Pasawahan, Kuningan, Jawa Barat
Identitas Buku
Judul: Ikhtisar Biografi Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari 1871-1947
Penulis: Lathiful Khuluq, Rijal Mumazziq Z, Hamzah Sahal, dan Ali Usman
Tebal: x+198 halaman
Cetakan: I, Maret 2023
Penerbit: LTN PBNU