Pustaka

Kitab Ar-Risalatul Qusyairiyah, Buku Ensiklopedia Tarekat

Kamis, 17 Oktober 2024 | 12:00 WIB

Kitab Ar-Risalatul Qusyairiyah, Buku Ensiklopedia Tarekat

Kitab Ar-Risalatul Qusyairiyah (NUO - Ahmad Muntaha AM)

Ar-Risalatul Qusyairiyah adalah kitab yang cukup terkenal sebagai rujukan dalam kajian tasawuf. Ar-Risalatul Qusyairiyah ditulis oleh Syekh Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin yang terkenal dengan sebutan Imam Al-Qusyairi yang hidup 89 tahun dalam rentang 376 H (986-987 M) - 465 H (1072-1073 M).
 

Imam Al-Qusyairi secara umum tidak membagi muatan Kitab Ar-Risalatul Qusyairiyah ini. Hanya saja, kita dapat dapat mengelompokkannya berdasarkan rumpun pembahasan yang ada di dalamnya. Secara umum kita dapat mengelompokkan pembahasan kitab ini dalam tiga bagian.
 

Bagian pertama kitab ini memuat tokoh-tokoh terkenal tasawuf pada abad kedua dan ketiga Hijriyah, yaitu Ibrahim bin Adham, Dzun Nun Al-Mishri, Fudhail bin Iyadh, Ma’ruf Al-Karkhi, Sirri As-Siqthi, Bisyr Al-Hafi, Al-Harits Al-Muhasibi, Dawud At-Tha’i, Syaqiq Al-Balkhi, Abu Yazid Al-Busthami, Sahal At-Tustari, Abdurrahman Ad-Darini, Hatim Al-Asham, Ibrahim Al-Khawash.
 

Bagian kedua kitab ini memuat istilah-istilah penting baik tasawuf secara umum maupun tarekat itu sendiri, yaitu maqamat, ahwal, wujud, fana, baqa, dzauq, mukasyafah, musyahadah, syariah, haqiqah, thariqah, tobat, mujahadah, khalwat, uzlah, wara, zuhud, khawf, raja, qana’ah, tawakal, syukur, yakin, sabar, muraqabah, ridha, iradah/murid, istiqamah, ikhlas, zikir, firasat, adab, wilayah/wali, tasawuf, ma’rifah, mahabbah, dan syauq.
 

Bagian ketiga kitab ini lebih banyak membahas seputar dunia tarekat secara spesifik, yaitu menjaga perasaan seorang guru/mursyid, keramat para wali, mimpi ahli tarekat, wasiat untuk para murid, tindakan berbahaya dalam tarekat, kewajiban murid, adab murid, ujian murid oleh pangkat, adab terhadap syariat, norma dalam memilih teman, definisi wali, isu kemaksuman wali, kemungkinkah melihat Allah di dunia lewat jalur keramat kewalian, dan doa wali yang hampir selalu mustajab?
 

”Ini merupakan risalah yang ditulis oleh Al-Faqir ilallah Abdul Karim bin Hawazin A-Qusyairi untuk kelompok sufi/tarekat di negeri Islam pada 437 H… Ketahuilah bahwa kebanyakan ahli hakikat dari kalangan tarekat sudah selesai masanya. Yang tersisa dari kelompok tarekat itu di zaman kita hanya jejak mereka,” kata Imam Al-Qusyairi pada pengantar awal karyanya.
 

Baginya, spiritualisme dalam Islam mengalami kemunduran yang ditandai dengan beberapa keadaan, yaitu jauhnya adab orang dalam meneladani akhlak para syekh tarekat, berkurangnya kewara’an, hilangnya kehormatan terhadap syariat, sedikit kepedulian terhadap agama, pengaburan batasan halal dan haram, meremehkan ibadah, menganggap ringan shalat dan puasa, dan musibah spiritual lainnya.
 

Dalam kondisi demikian, Imam Al-Qusyairi dengan risalahnya ini mengangkat kembali sebagian perjalanan para syekh tarekat itu baik menyangkut adab, akhlak, muamalah, aqidah, isyarat, dan juga cara mereka menempuh perjalanan spiritualitas mereka. Risalah ini diharapkan dapat memberikan kekuatan bagi para murid tarekat, menjadi saksi bagi mereka yang mengoreksinya, dan menjadi pahala bagi penulisnya.
 

Imam Al-Qusyairi mengawali risalahnya dengan penjelasan aqidah komunitas tarekat. Menurutnya, pemimpin dan para syekh tarekat membangun fondasi suluk/perjalanan spiritualnya di atas bangunan aqidah ketauhidan yang shahih. Mereka menjaga betul keyakinan mereka dari pandangan-pandangan bid’ah. Mereka mengikuti jalan pikiran ulama salaf dan Ahlussunnah dengan tauhid yang tidak mengandung tasyabbuh dan pengabaian atas sifat Allah.
 

Identitas Kitab

Judul: Ar-Risalatul Qusyairiyah
Penulis: Abdul Karim bin Hawazin/Imam Qusyairi (wafat 465 H/1073 M)
Penerbit: Darus Salam
Kota Terbit: Kairo
Jumlah juz: 1 juz
Peresensi: H Alhafiz Kurniawan, Redaktur Eksekutif Keislaman NU Online