Pustaka

Memahami Tasawuf KH Saleh Darat

Sabtu, 18 Agustus 2018 | 08:30 WIB

Nama KH Saleh Darat Semarang dalam konteks sejarah Islam di Nusantara, terkhusus sejarah pesantren, memiliki tempat tersendiri dalam ruang diskusi para pembaca dan pemerhati. Ia dikenal salah satu ulama yang produktif berdakwan dan menulis. Tidak sedikit berbagai karya telah dituliskan sebagai medium dakwah di tengah masyarakat luas, termasuk diajarkan kepada santri-santrinya dengan menggunakan tulisan Arab pegon Jawa.

Kealimannya tidak disangsikan. Karenanya, berbagai santri yang kelak menjadi tokoh besar terlahir dari sentuhan dingin dari sosok Kiai Saleh. Kenyataan ini tidak bisa lepas dari proses belajarnya kepada beberapa ulama di di Makkah al-Mukarramah, termasuk beberapa ulama Jawa yang pernah disinggahi. Salah satu ulama Makkah yang menjadi jujukannya adalah Syaikh Muhammad Muqri al-Mishri al-Makki, Syaikh Ahmad ibn Zaini Dahlan, Syaikh Nahrawi al-Mishri al-Makki. (lihat 84-86).

Buku ini menarik, sebab mengupas dari kekhasan pemikiran Kiai Saleh. Menarik sebab Kiai Saleh menguasai beberapa disiplin keilmuan Islam dan buku ini mengungkap secara gamblang plus detail bagaimana pemikiran tasawuf Kiai Saleh Darat serta berada dalam tipologi apakah tasawufnya, bila dikaitkan dengan tipologi tasawuf Sunni atau tasawuf falsafi. Sebuah usaha akademik yang sangat berharga sehingga layak dibaca oleh semua kalangan.

Salah satu pemikiran tasawuf Kiai Saleh Darat bila dipahami, misalnya, adalah “larangan agar kita tidak mudah berburuk sangka kepada guru –tepatnya guru mursyid—yang telah memiliki sanad yang sangat jelas dari para guru-guru atau mursyid yang sempurna” (lihat, 259). Sebuah larangan yang layak direnungkan dalam konteks hubungan murid dan guru sehingga akan sangat berarti buku ini untuk dibaca dalam rangka mendalami bagaimana langkah tasawuf itu mengajarkan banyak hal dalam kehidupan; bukan saja kehidupan bersama Allah, tapi juga bersama manusia.

Dalam kontek pendidikan, untuk menafsirkan isyarat atau intruksi ambigu yang disampaikan oleh seorang guru, siswa harus memiliki rasa kepercayaan yang tinggi kepada guru. Oleh karena itu dengan adanya rasa percaya seorang siswa kepada guru, siswa akan memperoleh manfaat berupa kurangnya keraguan dalam mengartikan tingkah laku guru, rasa hormat kepada guru sehingga siswa komitmen dan mematuhi aturan serta norma-norma yang berlaku baik di kelasa maupun di sekolah. Rasa percaya seorang murid kepada guru sangat penting dilakukan untuk menciptakan proses belajar mengajar yang diinginkan.

Banyak ajaran tasawuf Kiai Saleh Darat yang diulas dalam buku ini, yang pasti tipologi pemikiran tasawufnya menjadi menarik untuk didalami. Pembacaannya yang mengunakan bahasa lokal menjadi kelebihan tersendiri dalam karya-karyanya sehingga sungguh cukup bagus ulasan buku ini juga mengupas bahasa aslinya lantas penulisnya mengulas dan menafsirkan sesuai dengan kerangka pengetahuan yang dipahami secara teroritis.

Namun, membaca buku ini memang butuh pembacaan yang serius dan ini –sekaligus--menjadi kelebihan buku ini sebab bukan sekadar buku biografi sebagaimana buku-buku lain yang membahas tentang buku Kiai Saleh Darat. Tapi lebih pada tulisan sejarah intelektual Muslim, apalagi buku ini adalah karya disertasi penulisnya dalam rangka menyelesaikan program doktoral.

Lebih dari itu ulasannya yang cukup baik dengan membandingkan data-data lain memastikan buku ini mampu menyuguhkan posisi tasawuf Kiai Saleh Darat dalam bingkai perkembangan tasawuf Nusantara. Yang pasti, membaca buku ini adalah salah satu jalan agar kita mampu membaca dan menemukan bagaimana ulama Nusantara berdakwah memahamkan nilai-nilai tasawuf kepada masyarakat. Selamat membaca.


Identitas Buku
Judul Buku: Pemikiran Tasawuf KH Saleh Darat Al-Samarani; Maha Guru Para Ulama Nusantara
Pengarang: Prof Dr Ali Mas’ud Kholqillah, MAg
Penerbit: Pustaka Idea
Tahun Terbit: 2018
Tebal Buku: xxii + 338
Peresensi: Ibnus Shofi (Mahasiswa S2 UIN Sunan Ampel, penerima Beasiswa Kemenpora 2018)


Terkait