Pustaka

Membangun Cara Berpikir Aswaja NU

Kamis, 13 Juli 2017 | 06:01 WIB

Buku, memang sudah terkenal menjadi salah satu jendela ilmu. Dengannya, wawasan semakin bertambah dan ilmu semakin mendalam serta pandangan akan agama, dunia dan akhirat semakin arif dan bijak.

Buku Manhaj Aswaja NU: “Berakar Tradisi, Merajut Toleransi dan Menjaga NKRI” hadir di tengah-tengah kita guna menjawab pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan ke-Aswaja-an yang dewasa ini sedang dan semakin terusik akan keilmiahannya. Buku ini hadir menguak berbagai problematika umat, NU. Buku ini menggunakan metode tanya jawab yang mudah dimengerti. Buku ini mengulas apa dan bagaimana ahlu as-sunah wa al-Jamaah dan penafsiran kontekstualnya dalam kehidupan modern. 

Buku Manhaj aswaja ini terdiri dari 5 tema pembahasan, yakni Pengantar Manhaj Aswaja NU, Manhaj Aswaja NU dalam bidang Akidah, Manhaj Aswaja NU dalam bidang Fiqih, Manhaj Aswaja NU dalam bidang Tasawuf, Manhaj Aswaja NU dalam bidang Dakwah, Manhaj Aswaja NU dalam bidang Politik. Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa buku ini hadir dengan metode tanya jawab, disana terdapat 34 pertanyaan berkaitan dengan masing-masing bidang manhaj aswaja NU itu sendiri.

Pengantar Manhaj Aswaja NU terdiri dari 8 pertanyaan. Bidang akidah terdiri dari 9 pertanyaan. Bidang Fiqih terdiri dari 4 pertanyaan. Bidang tasawuf terdiri dari 3 pertanyaan. Bidang dakwah terdiri dari 5 pertanyaan. Bidang politik terdiri dari 4 pertanyaan. Semua pertanyaan disajikan dengan jawabannya beserta rujukan yang menguatkannya.

Buku ini akan mengantarkan kita pada pengertian Islam yang menjadi rahmat lil ‘alamin. Yakni Islam yang menjadi agama kasih sayang, baik kepada umatnya, yang teguh meyakini dengan keimanan dan ketakwaanya, maupun kepada seluruh umat manusia. Uraian-uraian kata dan kalimat di dalamnya akan mampu menguatkan keyakinan pada amaliyah-amaliyah yang sudah mentradisi di lingkungan NU. 

Buku ini merupakan pengiring hadirnya kegiatan ngaji manhaj aswaja NU yang akan dilaksanakan sebagai program kerja LD PCNU Kabupaten Purbalingga. Dan tidak menutup pintu bagi rekan-rekan di kabupaten lain bila ingin membedah buku ini sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, karena dapat berdialog langsung dengan penyusun buku.

Selain itu, buku ini sangat cocok untuk kaum akademis, baik alumnus pesantren maupun nonpesantren. Buku ini akan membantu anda dalam memahami keaswajaan NU dan membangun mindset dalam mengembangkannya dan mengejawantahkan dalam kehidupan sosial kontekstual dan modern.

Kelebihan buku ini adalah disusun secara sistematik, sangat mudah dipahami pembaca. Materi disusun secara teratur mulai satu bidang ke bidang yang lainnya dengan metode tanya jawab diserta sumber rujukan yang valid.

Buku ini menampilkan epistimologi keilmuan aswaja NU yg menghantarkan pada pola berpikir dan bertindak moderat guna mewujudkan Islam rahmatan lil alamin.

Desain sampul buku menarik dan penuh warna sehingga sangat tertarik untuk lebih mengetahui isi dari buku tersebut. Jenis huruf yang dipakai menjadikan mata betah untuk membaca baik untuk usia muda, terlebih usia tua. Kalimat-kalimat atau penggunaan bahasa yang disajikan dalam buku ini tidak sulit untuk dimengerti.

Sementara kekurangan buku ini terdapat tulisan arab dalam berbagai ayat, hadits maupun qoul ulama yang hurufnya tidak nyambung dengan huruf yang lainnya. Inkonsistensi jenis huruf arab yang terdapat dalam paragraph. Dan masih terdapat kata-kata yang tidak menyambung dengan kata didepannya. Masih terdapat kata-kata yang bergandeng dengan kata di depannya.

***
Agama tidak lahir untuk timur atau barat, agama lahir untuk manusia. Mengapa Islam bisa diterima di barat dan di timur? Hal ini karena Islam membawa misi kemanusiaan untuk manusia. Tak heran bila nabi sendiri dalam sabdanya mengatakan bahwa Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (adab) manusia. Jauh sebelum para pemikir dunia mencoba memprediksi masa depan agama, nabi sendiri sudah memperkirakan aka nada masa dimana manusia berada pada krisis besar.

Islam lahir sebagai agama rahmat bagi seluruh alam, yakni kasih sayang yang dapat memberikan kesejahteraan bagi seluruh alam. Misi Islam ini tidak akan terwujud kecuali dengan landasan berpikir dan bertindak adil, proporsional dan bijak. Adil, proporsional dan bijak tidak akan terwujud kecuali dengan ditopang oleh sikap moderat, toleran, seimbang dan tetap konsisten untuk mengatakan mana yang benar dan mana yang salah.

Sikap-sikap yang bersifat manhaji/sistematis inilah yang dalam keilmuannya, berada pada kevalidan data dengan ditunjukkan kuatnya ketersambungan sanad keilmuannya yang sampai kepada Rasulullah SAW. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengna petikan teks hadits yang berbunyi “ma ana alaihi wa ashabi” yang kemudian masyhur disebut Ahlussunah wal-Jamaah.

Bagi NU, sebagai organisasi besar di dalam bangsa yang besar ini, menyadari bahwa kurun waktu yang sudah begitu jauh, ditambah kadar kemampuan umat Islam sebagai individu sangat beragam, maka para ulama menyepakati dengan bermadzhablah. Bermadzhab diartikan dengan mengikuti hasil ijtihad para ulama mujtahid baik yang berupa metode maupun produk hukumnya. Hal ini dipercaya akan lebih meminimalisir ketersesatan dan keluar dari “ma ana alaihi wa ashabi”.

Para mujtahid yang telah menghasilkan metode dan produk hukum ini didukung oleh sumber dalil as-sam’iyyah, yakni berupa al-Qur’an, hadits dan perkataan para ulama, ad-dalail al-‘aqliyyah, yakni berupa rasio dan panca indera (empiris) dan ad-dalail al’aqliyyah. Yaitu kasyaf dan ilham dalam menyelesaikan berbagai masalah. Memanfaatkan ketiga potensi sumber dalil ini dapat menjadikan konstruksi keilmuan lebih mapan dan tidak mudah dibongkar seenaknya oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

KH Basyir Fadlulloh, menegaskan bahwa NU dalam menengarai dan menyelesaikan berbagai persoalan umat, baik dalam bidang akidah, fiqih, tasawuf, dakwah maupun yang bersifat kenegaraan khususnya dalam bidang politik, merumuskan bagaimana menjadi insan kamil yang memiliki kasih sayang dan dapat mensejahterakan, baik untuk agama Islam sendiri maupun untuk bumi ini, khalifatulloh fi al ardli, sesuai dengan misi Islam yang lahir dan sampai di bumi nusantara.

Penyusun buku yang merupakan alumnus Magister Pendidikan Islam IAIN Sunan Kalijaga memberikan pengantar Manhaj Aswaja NU dalam buku ini bahwa tersusunnya buku ini bertujuan memberikan pemahaman tentang Manhaj aswaja NU, sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan klaim-klaim yang menyerang terhadap keaswajaaan NU, baik secara amali maupun secara manhaji, dan buku ini menjadi salah satu pegangan dalam berdakwah, menyebarkan paham “Islam rahmatan lil ‘alamin”.

Selain sebagai ketua LD PCNU Purbalingga, KH Basyir Fadlulloh yang menjadi Ketua Yayasan Pendidikan Islam Minhajut Tholabaha Kembangan Purbalingga, berusaha memberikan kemudahan bagi para pembaca dengan menyajikan buku ini berupa stimulus-respon; pertanyaan dan jawaban agar para pembaca dari semua kalangan dengan mudah bisa membaca dan memahaminya.

Lebih lanjut, penyusun memperkuat bahwa dalil-dalil yang diambil adalah bersumber dari al-dalail al-sam’iyyah; Al-Qur’an, al-Hadits dan qoul ulama didukung beberapa dalil rasional dan hanya beberapa dalil yang bersumber dari data empiris karena berdasarkan beberapa pertimbangan.

Menutup beberapa petikan buku ini, penyusun mengucapkan selamat membaca. Semoga buku ini bermanfaat. Adapun kritik dan saran yang membangun demi perbaikan, baik dari isi maupun literature secara EYD, sangat kami harapkan.

Tentang Buku
 
Judul Buku : Manhaj Aswaja NU: Berakar Tradisi, Merajut Toleransi dan Menjaga NKRI
Penyusun Buku : KH Basyir Fadhlulloh, M.Pd.I
Penerbit Buku : Gading Press
Kota Terbit : Jogjakarta
Tahun Terbit : 2017
Tebal Buku : 158 halaman
ISBN : 978-602-0809-39-7


Terkait