Pustaka

Menautkan "Dua Ledakan”

Senin, 2 Juli 2012 | 03:37 WIB

Judul buku: Banyak Anak Banyak Pejuang, Ledakan Penduduk Feat Fundamentalisme Agama
Penulis : Soffa Ihsan
Kata Pengantar : Dr KH Said Aqil Siradj MA dan Dr dr Sugiri Syarif MPA
Tahun terbit : Mei 2012
Penerbit : Daulat Press, Jakarta
Jumlah halaman : 160 + XXV hal
Peresensi: Alfanny*

Siapa sangka, saat ini banyak yang memandang bahwa ledakan penduduk saat ini dipandang telah menjelma menjadi ancaman selaksa bom yang setiap saat bisa meledak. Coba saja kita simak, pemerintah mulai terpanggang resah hingga harus bercuap-cuap kembali demi revitalisasi Keluarga Berencana (KB). Dulu Keluarga Berencana mendulang sukses. Seiring waktu dengan memancangnya reformasi, Keluarga Berencana justru menjadi ‘mati suri’. Kini, seakan terjadi  ‘siuman nasional’, tiba-tiba dihadapan negeri ini terpampang fakta laju jumlah penduduk yang dihitung-hitung telah menengger pada angka ‘kritis’. 

Disebalik fakta itu, pemahaman keagamaan berhaluan puritan-fundamentalis melesak dan seolah memicu ‘ledakan’ baru. Kemilau modernisasi dan globalisasi mendapat tandingan lewat pergerakan keagamaan yang menyala-nyala. Kampanye ‘cukup dua anak’ menuai resistensi yang tandas dan gahar via kesadaran keagamaan untuk berpinak anak. Gerakan-gerakan keagamaan bersigap menciptakan ‘sub kultur’ secara berdikari dengan mengkhotbahkan pentingnya memperbanyak anak. Lahirlah semangat jihad ‘banyak anak banyak pejuang’. 

Dikalangan muslim yang berpaham puritan dan fundamentalis seringkali menggemborkan bahwa kontrol populasi merupakan praktek paling dasar dari seluruh konspirasi Barat yang diadopsi dari ritual kaum pagan. Praktek ini sangat banyak jenis ragamnya termasuk  program KB dan kondomisasi. Bahkan, menurut tudingan mereka, kaum pagan sudah mematok awal program yang akan mengurangi jumlah umat manusia secara drastis. Berbagai upaya yang disebutkan diatas dikaitkan dengan pencegahan pertambahan populasi penduduk muslim. Ketakutan pertambahan penduduk pada negeri-negeri muslim ditutup-tutupi dengan jargon-jargon kepedulian terhadap angka kematian ibu, memberi kesempatan untuk hidup sejahtera, adanya kesulitan pemenuhan konsumsi barang produksi karena SDA terbatas, dan lain-lain.

Sebagian kelompok fundamentalis itu memang tidak berhenti pada penghayatan teologi skripturalistiknya semata, melainkan terus berlanjut pada sikap militan dalam beragama. Kita tahu bahwa militansi keberagamaan meniscayakan dua penyikapan secara sekaligus; positif dan negatif. Ke dalam, seorang militan akan bertindak positif bahwa kelompoknya adalah kawan dan teman seperjuangan yang harus dibela. Sementara ke luar, ia akan bersikap negatif dengan memandang kelompok lain sebagai musuh dan ancaman yang harus diserang. 

Adakah keterkaitan kedua ‘ledakan’ ini? Apakah bangkitnya fundamentalisme agama menjadi “katup” pemicu terjadinya ledakan penduduk? Selama ini fundamentalisme kerapkali ditautkan dengan radikalisme dalam beragama. Adanya nyalak bom atau kekerasan bernuansa agama menjadi beberapa contoh identifikasi terhadap fundamentalisme agama. Jelas saja, kajian seperti ini sudah lazim atau popular dikalangan pemerhati keagamaan dan juga khalayak luas. Akan tetapi, ketika ditautkan dengan ledakan penduduk, sudah tentu hal ini akan membuat penasaran. Apanya yang terkait? Memang ada fakta dikalangan mereka yang berfaham keagamaan fundamentalis-puritan, dalam hal memiliki anak terlihat sangat berpinak. Lahirnya klub-klub poligami dikalangan komunitas muslim membuktikan kuatnya  “akidah” memperbanyak anak. Soalnya, dengan memiliki anak diyakini sebagai langkah mengikuti perintah Rasulullah yang dalam sebuah haditsnya menganjurkan banyak anak.. 

Nah, buku ini mencoba membidik dua fakta yang nyaris terlewatkan itu. Melalui pendarasan empirik dan telaah pustaka, buku ini menghadirkan kepenasaran dan simpulan yang cukup mengejutkan. Penulis rasanya cukup berhasil mengungkap fakta-fakta keterkaitan antara ledakan penduduk dan fundamentalisme agama.


* Ketua Forum Alumni PMII UI


Terkait