Nasional BANJIR SUMATRA

LPBI PBNU Ingatkan Lokasi Bencana Bukan Tempat Tontonan dan Swafoto

NU Online  ·  Jumat, 12 Desember 2025 | 11:00 WIB

LPBI PBNU Ingatkan Lokasi Bencana Bukan Tempat Tontonan dan Swafoto

Salah satu area terdampak banjir di Agam Sumatra Barat. Gambar diambil Sabtu (6/12/2025). (Foto: NU Online/Kendi Setiawan)

Jakarta, NU Online

Rasa penasaran dan ingin tahu masyarakat sering kali membuat mereka mendatangi area terdampak bencana alam. Hal ini menyebabkan kondisi area bencana alam menjadi crowded. Belum lagi hilir mudik kendaraan para relawan yang membawa bantuan. Jika tidak diantisipasi dengan baik, keadaan ini semakin tidak kondusif.


Hal ini berdasarkan pengamatan NU Online dan Tim NU Peduli pada Sabtu (6/12/2025), saat perjalanan pulang usai menyapa warga dan mengantar bantuan untuk warga Desa Salareh Aia Timur, Kecamatan Palambayan, Agam, Sumatra Barat. Siang itu, tampak jalanan begitu padat dan menimbulkan kemacetan. Durasi perjalanan yang diperkirakan hanya memakan waktu 2,5 jam ke Bandara Internasional Imam Bonjol Padang, molor hingga 5 jam lebih.


Menanggapi padat dan macetnya area terdampak bencana alam, aktivis penanganan bencana alam yang juga pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Iklim (LPBI) PBNU M Ali Yusuf mengingatkan masyarakat untuk tidak melakukan selfie, swafoto, atau “ziarah bencana” di wilayah terdampak banjir dan longsor di Sumatra dan Aceh.


Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut bukan hanya tidak etis, tetapi juga sangat berbahaya karena kondisi lokasi masih berpotensi menghadirkan bencana susulan.


Menurut Ali Yusuf, situasi di sejumlah wilayah terdampak seperti Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat masih sangat labil. Ancaman banjir, longsor, maupun banjir bandang masih dapat terjadi sewaktu-waktu mengingat puncak musim hujan diperkirakan berlangsung hingga Februari 2026.


“Lokasi bencana di Sumatra dan Aceh saat ini masih rawan. Sangat besar kemungkinan terjadi ancaman bencana susulan. Jadi selfie atau ‘ziarah bencana’ itu bukan hanya tidak etis, tetapi juga rawan membuat kita menjadi penyintas atau korban,” ujarnya kepada NU Online, Kamis (11/12/2025).


Ali menekankan bahwa bahkan relawan yang sudah terlatih pun harus meningkatkan kewaspadaan. Mereka diwajibkan terus memperbarui informasi cuaca, memantau kondisi sekitar, dan menghindari aktivitas yang dapat membahayakan diri sendiri.


“Relawan saja hari ini harus sangat hati-hati, mengatur penyaluran bantuan sambil terus waspada kanan-kiri. Jangan sampai mereka yang datang untuk menolong justru berubah menjadi korban karena lengah,” tegasnya.


Ia meminta masyarakat memahami bahwa kawasan terdampak bencana bukanlah lokasi untuk membuat konten atau sekadar tontonan. Warga yang terdampak bencana alam sedang berjuang memulihkan kehidupan, bukan menjadi objek visual bagi orang luar.


“Saudara-saudara kita di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara sedang sangat membutuhkan bantuan dan dukungan, bukan dijadikan latar foto atau konten media sosial. Lokasi bencana bukan tempat tontonan,” ujar Ali.


Ia kembali menegaskan bahwa tindakan swafoto atau membuat konten di area rawan bencana tidak hanya menyakiti perasaan penyintas, tetapi juga berpotensi membuat pelakunya terjebak dalam kondisi berbahaya.


“Di banyak titik di Sumatra, situasinya belum benar-benar aman. Orang yang nekat foto-foto justru berisiko menjadi korban berikutnya,” tutupnya.


para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: https://filantropi.nu.or.id/solidaritasnu.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang