Pustaka

Mengembangkan Ruang Baca

Jumat, 17 November 2017 | 12:01 WIB

Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia. (Nelson Mandela)

Pendidikan merupakan pondasi dasar suatu bangsa. Apabila pendidikannya bagus, maka bangsa tersebut akan makmur sejahtera. Begitupun sebaliknya. Suatu bangsa akan kacau kalau pendidikannya tidak beres. Negara-negara Barat, Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan negara maju lainnya bisa dipastikan bahwa masyarakatnya terdidik dengan baik. Sementara di negara-negara miskin dan berkembang sebaliknya.

Pendidikan tidak bisa dilepaskan dengan membaca. Bisa dibilang bahwa membaca adalah kunci daripada pendidikan. Dari beberapa survei yang ada, masyarakat negara-negara maju itu gemar membaca. Sementara negara-negara miskin dan berkembang memiliki minat baca yang rendah dan bahkan sangat rendah. Hasil Studi Most Littered Nation In the World 2016 menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia adalah 0,01 persen pertahun atau berada diperingkat enam puluh dari enam puluh negara yang disurvei.

Orang tidak membaca setidaknya disebabkan oleh dua hal. Pertama, masyarakat memiliki budaya membaca yang lemah. Kedua, masyarakatnya tidak mampu untuk mengakses buku bacaan. Tipe yang pertama biasanya mereka memiliki kemampuan untuk mengakses atau membeli buku sementara yang kedua tidak kuat membeli buku tetapi mereka memiliki semangat baca yang tinggi. 

Adalah John Wood seorang yang terus berupaya untuk membangun perpustakaan dan menyediakan akses bacaan kepada anak-anak yang tidak memiliki akses sama sekali terhadap buku. Pada usia tiga puluh lima tahun ia mengundurkan diri dari jabatan eksekutif di Microsoft. Bersama dengan Erin Ganju dan Dinesh Shrestha, John membangun Lembaga Swadaya Masyarakat Room to Read tahun 1999. Sebuah lembaga yang concern dalam dunia pendidikan.

Buku Mengembangkan Ruang Baca ini adalah kisah John Wood dalam membangun dan mengembangkan Room to Read. Di buku ini, ia menceritakan dengan cukup detil bagaimana ia pertama kali membangun sebuah perpustakaan di Bahundanda Nepal hingga akhirnya ia mampu membangun sepuluh ribu perpustakaan di sepuluh negara –bahkan lebih- dalam jangka waktu sepuluh tahun.

Dengan buku ini, John berupaya untuk membuka mata kita semua bahwa ada ratusan juta bahkan milyaran anak yang tidak memiliki akses terhadap buku bacaan karena mereka tidak memiliki uang untuk membelinya. Padahal mereka memiliki keinginan untuk membaca. John dengan timnya di Room to Read berusaha untuk menjembatani ‘jarak’ tersebut. 

Di buku ini, John menceritakan bahwa awalnya Room to Read fokus hanya membangun perpustakaan. Namun karena adanya satu alasan tertentu, Room to Read juga membangun sekolah dan juga mencetak buku.

Buku setebal 422 halaman ini menjadi sepenggal kisah bagi John dan timnya dalam mewujudkan puluhan ribu perpustakaan, ribuan sekolah, dan ribuan judul buku di banyak negara seperti Nepal, Kamboja, Vietnam, India, Bangladesh, Zambia, Laos, Sri Lanka, Afrika Selatan, dan lainnya. Meski demikian, semangat untuk membangun perpustakaan yang lebih banyak lagi masih terus membara. Seakan tidak pernah terpuaskan jika melihat masih banyaknya anak yang tidak memiliki akses terhadap buku.
Tidak selalu manis, buku ini juga banyak mengungkap saat-saat sulit Room to Read. Salah satunya adalah batalnya salah seorang donatur memberikan donasi. Padahal sebelumnya donatur tersebut sudah berjanji untuk berdonasi dan tim sudah membuat rencana pembangunan dan menyebar rencana tersebut. Kejadian ini tidak hanya terjdi satu dua kali. 

Tujuan John mendirikan Room to Read hanya satu yaitu agar anak-anak dimanapun memiliki akses terhadap literasi dan buku-buku yang ditulis dalam bahasa ibu mereka sejak usia dini. Ia yakin bahwa apa yang dikatakan oleh Nelson Mandela itu adalah benar adanya. Pendidikan adalah cara untuk memutus mata rantai kemiskinan dan menciptakan kehidupan yang layak. Dan membaca adalah kuncinya.  

Room to Read menjadi Non-Government Organization (NGO) yang tumbuh sangat cepat dan diperhitungkan. Beberapa penghargaan yang diperoleh Room to Read adalah: memenangi lima kali Social Capitalist Award dari Majalah Fast Company, menerima penghargaan dari Skoll Foundation pada bidang inovasi gerakan sosial, Confucius Prize for Literacy (UNESCO) di bidang keaksaraan. Karena transparansi, efektivitas, dan efisiensinya, Room to Read mendapatkan rating empat bintang dari Charity Navigator untuk manajemen fiskal yang sehat selama lima tahun berturut-turut. 
Selamat membaca...  

Identitas buku:

Judul Buku : Mengembangkan Ruang Baca
Penulis : John Wood 
Penerbit         : Alvabet
ISBN : 978-602-9193-47-3
Ketebalan : 422 halaman
Cetakan         : Pertama, Mei 2014
Peresensi : A Muchlishon Rochmat


Terkait