Menjadi orang baik (shalih) itu mudah, tapi menjadi orang yang memperbaiki (muslih) itu sulit. Mengapa? Karena orang yang melakukan perbaikan, apapun itu, pasti akan banyak yang memusuhinya.
Begitu pun yang dialami Nabi Muhammad saw. Sebelum usianya menginjak kepala empat, Muhammad adalah orang baik akhlaknya, luhur budi pekertinya, dan elok perangainya. Masyarakat Mekkah pada saat itu berbuat baik kepada Muhammad. Tidak ada yang membenci anak Abdullah ini. Semuanya sayang kepada Muhammad karena keshalihannya.
Akan tetapi, kondisi seperti itu berubah manakala Muhammad diangkat menjadi seorang nabi dan rasul. Muhammad mulai memperbaiki tatanan masyarakatnya, terutama dalam hal akidah dan akhlak. Ia menyeru kepada seluruh penduduk Makkah untuk meninggalkan agama nenek moyangnya dan memeluk Islam. Caranya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Muhammad juga mulai memperbaiki akhlak masyarakatnya. Bangsa Arab dikenal dengan masyarakat Jahiliyyah. Sebutan itu bukan karena kebodohan mereka dalam hal ilmu pengetahuan, namun karena kebobrokan akhlak mereka. Iya, masyarakat Arab pada saat itu memiliki akhlak yang bejat. Mereka membunuh bayi perempuan, memperlakukan mena perempuan dan budak secara tidak manusiawi, dan masih banyak lagi.
Muhammad yang dulu –saat menjadi orang baik- tidak punya musuh, mendadak memiliki banyak musuh setelah ia ‘mendeklarasikan diri' menjadi orang yang memperbaiki (muslih). Muhammad mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru Makkah. Tidak sedikit yang menerima seruannya, namun banyak pula yang menentang dakwahnya.
Mereka yang menentang Muhammad datang dari berbagai macam suku, termasuk dari suku yang sama dengan Muhammad, suku Quraish dan bani Hasyim. Abu Lahab misalnya yang merupakan paman dari Muhammad sendiri.
Mereka yang menentang dan hendak mencelakakan Muhammad memiliki berbagai macam motif. Ada yang motifnya balas dendam (Zainab binti al-Harits), kekuasaan (Abu Lahab), harga diri dan kehormatan (al-Walid bin al-Mughirah), kedudukan sosial dan ekonomi (Umayyah bin Khalaf al-Jumahi), dan lainnya.
Buku Para Penentang Muhammad saw. ini merupakan ‘ensiklopedia mini’ yang membahas tentang mereka yang menentang dakwah Muhammad. Di buku ini, ada 23 penentang Muhammad yang dibahas dengan cukup rinci Mulai dari nasabnya, kehidupannya, motif memusuhi Muhammad, berbagai macam upaya untuk mencelakakan Muhammad, dan cerita akhir hidupnya.
Bisa dibilang buku ini adalah satu-satunya yang membahas tentang para penentang dakwah Muhammad dengan cukup detail. Meski tidak membahas semua penentang nabi –yang jumlahnya pasti dari 23 orang yang dibahas dalam buku ini, buku ini patut diapresiasi karena telah mengulas sekelumit cerita tentang kisah para penentang Muhammad. Sebagaimana yang dikatakan penulis buku, para penentang Muhammad adalah pengisi sejarah dari sisi yang lain. Kehadiran mereka memudahkan manusia untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Ada hikmah tersendiri karena sejarah dakwah Islam akan terasa ‘hambar’ tanpa adanya mereka, para penentang Muhammad.
Namun demikian, mereka yang ada di buku ini bukan untuk ditiru, melainkan dijadikan pelajaran (ibrah) bahwa siapapun yang menantang kebenaran Islam maka akan celaka.
Terlepas dari itu semua, buku ini mudah dipahami dan terasa mengalir karena ceritanya runtut dan bahasa yang digunakan tidak ndakik-ndakik.
Peresensi adalah A Muchlishon Rochmat
Identitas buku:
Judul buku : Para Penentang Muhammad SAW.
Penulis : Misran dan Armansyah
Penerbit : Safina
Cetakan : I, Februari 2018
Tebal : 334 Halaman
ISBN : 978-602-5453-22-9