Sirajut Thalibin, Syarah Kiai Ihsan Jampes atas Kitab Tasawuf Imam al-Ghazali
Kamis, 6 April 2017 | 02:51 WIB
Kitab “Sirâjut Thâlibîn” ditulis dalam bahasa Arab. Hingga saat sekarang, kitab ini adalah satu-satunya kitab syarh atas teks “Minhâjul ‘Âbidîn” yang paling populer dan berdar luas di seluruh penujuru dunia Islam. Karena itu, tidaklah mengherankan jika kitab karangan Kiai Jampes ini dicetak oleh banyak penerbit di Timur Tengah, sekaligus dipelajari dan dijadikan rujukan otoritatif dalam kajian bidang tasawuf di banyak institusi pendidikan dunia Islam.
Al-Imâm al-Ghazzâlî sendiri memiliki tiga buah karya utama dalam bidang tasawuf, yaitu “Minhâjul ‘Âbidîn” yang kemudian di-syarh oleh Kiai Jampes (Sirâjut Thâlibîn), lalu “Bidâyah al-Hidâyah” yang kemudian di-syarh oleh Syekh Nawawi al-Bantanî al-Jâwî, w. 1897 M (Murâqî al-‘Ubûdiyyah), dan “Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn” yang kemudian di-syarh oleh Syekh Muhammad Murthadhâ al-Zabîdî, w. 1790 (Ithâf al-Sâdah al-Muttaqîn).
Kitab “Bidâyah al-Hidâyah” dan “Ihyâ ‘Ulûmal-Dîn” diterjemahkan dan disyarah ke dalam bahasa Melayu untuk pertamakalinya oleh Syekh Abdul Shamad Palembang (w. 1832 M). Versi Melayu “Bidâyah” adalah “Hidâyah al-Sâlikîn”, sementara versi Melayu “Ihyâ” adalah “Sair al-Sâlikîn”.
Kembali ke kitab "Siraj al-Thalibin". Dalam kolofon, didapati keterangan jika karya agung ini diselesaikan di Kampung Jampes, Kediri, pada siang hari Selasa, 29 Sya’ban tahun 1351 Hijri. Data ini bertepatan dengan 28 Desember 1932 Masehi. Tertulis dalam kolofon;
(Adapun masa penulisan kitab ini adalah delapan bulan kurang beberapa hari lamanya, akhir kali diselesaikannya pada siang hari Selasa, tanggal 29 bulan Sya’ban tahun 1351 Hijri. Selesai di rumahku di desa Jampes, negeri Kediri, salah satu dari negeri-negeri Jawi [Nusantara]).
Keterangan dalam kolofon di atas sekaligus memberikan informasi lain yang sangat mencengangkan, yaitu kitab syarh setebal lebih 1000 halaman ini diselesaikan oleh Syekh Ihsan Jampes hanya kurang dalam jangka masa delapan bulan lamanya.
Dalam pengantarnya, Syekh Ihsan Jampes menulis;
(Maka berkatalah hamba yang mengarap dari Tuhannya akan pengampunan. Seorang yang fakir kepada rahmatNya: Ihsan anak Muhammad Dahlan dari Jampes Kediri … Ini adalah sebuah syarh [penjelasan] yang ringkas dan ulasan yang halus atas kitab “Minhâjul ‘Âbidîn ilâ Jannah Rabbil ‘Âlamîn” karangan …… al-Imâm al-Ghazzâlî. Aku menuliskan syarh ini sebagai pengingat untuk diriku, dan bagi orang-orang yang kurang pandai sepertiku. Aku namakan syarh ini dengan “Sirâjut Thâlibîn”).
Kitab ini mendapatkan endorsement (taqrîzh) dari Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang merupakan sahabat dekat Syekh Ihsan Jampes dan beberapa ulama besar Jawa lainnya. Endorsement ini termuat dalam versi cetakan Dâr al-Fikr Lebanon (tanpa tahun) atas kitab ini. KH Hasyim Asy’ari mengatakan bahwa kitab “Sirâjut Thâlibîn” adalah salah satu kitab tasawuf terbaik yang ditulis pada zamannya. KH Hasyim Asy’ari juga mengisyaratkan Syekh Ihsan Jampes sebagai sosok “maestro keilmuan Islam dari Nusantara yang keilmuannya ibarat samudera tiada tepian”.
Syekh Ihsan Jampes dilahirkan di Jampes, Kediri, pada tahun 1901 M. ayahnya adalah KH Dahlan bin KH Soleh, pengasuh pesantren di Jampes. Kakek beliau, KH Soleh, berasal dari Bogor, Jawa Barat, yang kemudian hijrah ke Kediri di Jawa Timur. Syekh Ihsan memiliki adik kandung yang juga terkenal alim, yaitu KH Marzuqi Dahlan, kelak menjadi pengasuh Pesantren Lirboyo Kediri setelah dinikahkan dengan putri KH Abdul Karim Manaf Lirboyo.
Di antara guru utama Syekh Ihsan Jampes adalah para ulama besar tanah Jawa pada zaman itu, yaitu KH Kholil Bangkalan (Madura), KH Khozin Bendo (Pare), KH Idris Jamsaren (Solo), dan KH Soleh Darat (Semarang).
Hal yang menarik dari sosok Syekh Ihsan Jampes adalah penguasaannya akan bahasa Arab yang matang, meski tidak pernah belajar dan bermujawarah di Makkah atau negeri Arab lainnya. Tingginya citarasa bahasa Arab beliau dapat tercermin dari karya-karya beliau yang ditulis dalam bahasa Arab dan diterbitkan di Timur Tengah.
Di antara karya-karya beliau adalah; (1) Sirâjut Thâlibîn syarah atas Minhâjul ‘Âbidîn karangan al-Imâm al-Ghazzâlî, (2) Manâhijul-Imdâd syarah atas kitab Irsyâdul-‘Ibâd karangan Syekh Zainuddîn al-Malîbârî, (3) Tashrîhul-‘Ibârât syarah atas kitab falak Natîjah al-Mîqât karangan guru beliau, yaitu Syekh Muhammad Shâlih ibn ‘Umar al-Jâwî (Kiai Soleh Darat Semarang), dan (4) Irsyâdul Ikhwân fî Hukm Syarbil Qahwah wad Dukhân yang mengkaji tentang hukum meminum kopi dan menghisap asap (rokok).
Syekh Ihsan Jampes wafat pada 25 Dzulhijjah tahun 1371 Hijri (September 1952 M) dan dikebumikan di Jampes, Kediri. (A. Ginanjar Sya’ban)