Kabar penganiayan yang dialami oleh Ratna Sarumpaet dengan cepat menjadi viral di dunia maya. Foto muka lebam yang dialaminya beredar dari beragam akun media sosial yang diiringi dengan beragam komentar berupa simpati kepadanya, dan hujatan kepada pemerintah yang dinilai tidak bisa melindungi warganya. Pembicaraan mengenai apa yang dialami bahkan mengalahkan bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah dengan korban jiwa ribuan orang dan kerusakan harta benda yang sangat besar.
Beruntung, pihak kepolisian segera sigap untuk mengaji ulang fakta-fakta yang disampaikan oleh Ratna Sarumpaet. Dan ada sejumlah ketidakkonsistenan sehingga dengan segera dia mengakui bahwa informasi yang beredar sepenuhnya adalah hoaks. Teknologi di satu sisi membantu untuk mengonfirmasi kebenaran berita-berita bohong dengan pembuktian rekaman CCTV, posisi telepon, jejak transaksi perbankan dan lainnya. Teknologi pula yang mempercepat penyebaran dan dampak berita bohong.
Sebuah pesan yang cukup terkenal menyatakan, fitnah lebih besar dibandingkan pembunuhan. Hoaks bisa masuk ketegori fitnah ini. Keluarga Nabi Muhammad sendiri sempat tertimpa fitnah terhadap tuduhan perselingkuhan yang dilakukan oleh Aisyah, istri tercinta beliau. Kabar berembus dengan cepat dan susah untuk mengklarifikasinya. Nabi Muhammad meminta nasihat kepada Ali bin Abi Thalib soal apa yang harus dilakukannya, yang kemudian menyarankannya untuk menceraikan Aisyah. Hal ini yang menurut sejumlah ahli sejarah menjadi penyebab perang Jamal, yaitu perlawanan Aisyah terhadap kekhalifahan Ali. Beruntung kemudian turun ayat Al-Qur’an yang menegaskan bahwa berita tersebut adalah bohong.
Jerman pada masa Nazi berkuasa memiliki Kementerian Propaganda yang dipegang oleh Joseph Goebbels. Salah satu strateginya adalah menyebarkan berita sebanyak mungkin dan sesering mungkin. Sebuah kebohongan yang disampaikan secara terus-menerus akan menjadi sebuah kebenaran. Strategi tersebut menemukan konteksnya kembali dengan berkembangnya media sosial dan masyarakat yang tidak kritis terhadap informasi sehingga menelan mentah-mentah serta membagikan informasi yang diterima karena dirasa mendukung pandangan atau ideologi yang dimilikinya.
Penyerangan Irak oleh Amerika Serikat dan sekutunya pada 2003 dengan alasan adanya senjata pemusnah massal yang terbukti bohong telah menyebabkan kesengsaraan tak terkira. Tim peneliti dari AS, Kanada, dan Irak sebagaimana dilaporkan oleh BBC Indonesia, memperkirakan hampir setengah juta orang tewas akibat perang yang berlangsung antara 2003 sampai 2011 tersebut. Belum lagi harta benda yang rusak akibat perang. Dampak perang masih terasa berupa konflik sektarian di Irak, termasuk keberadaan ISIS dan kombatannya yang kini menciptakan teror di sejumlah bagian dunia.
Jadi, mengapa tidak jika dalam satu tahun, kita memperingati satu hari sebagai Hari Antihoaks untuk menjadi pelajaran dan sekaligus melakukan langkah-langkah pencegahan agar kita lebih sadar terhadap bahaya hoaks. Bukan hanya dalam konteks lokal, komunitas antihoaks global dapat menginisiasi satu hari khusus yang didedikasikan sebagai hari antihoaks internasional mengingat persoalan ini telah menjadi keprihatinan global.
Berbagai komunitas bekerja sama untuk memperingati satu hari khusus yang didedikasikan untuk mengangkat isu yang menjadi perhatiannya secara berkala. Yang paling terkenal adalah Hari Buruh Internasional pada 1 Mei. Banyak negara yang menjadikan hari sebagai tanggal merah atau libur. Pada momen tersebut, isu-isu perburuhan kembali digemakan. Hari AIDS sedunia diperingati setiap tanggal 1 Desember untuk menumbuhkan kesadaran tentang wabah AIDS di seluruh dunia. Setiap tahunnya terdapat tema-tema khusus yang diangkat sesuai dengan persoalan yang tengah dihadapi.
Ada banyak faktor penyebab maraknya hoaks belakangan ini. Media sosial yang sebelumnya dipuja-puja sebagai sarana baru berinteraksi kini mendapat banyak kritikan atas kurangnya peran yang meraka ambil dalam mengatasi informasi hoaks. Langkah tegas telah diambil oleh pemerintah Jerman yang mengenakan denda besar bagi perusahaan media sosial yang abai soal informasi palsu yang disebarkan melalui platform yang dimilikinya. Negara lain mungkin akan mengambil tindakan yang sama.
Kampanye antihoaks telah digelorakan oleh masyarakat yang prihatin terhadap kondisi ini. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan siskampling digital, yaitu melaporkan konten bermasalah di media sosial ke aduankonten.id. sejumlah media telah bekerja sama untuk memerangi konten hoaks. Ada web khusus untuk mengecek apakah sebuah berita benar atau hoaks. Sejumlah media membuat rubrik khusus antihoaks yang didedikasikan untuk memberikan klarifikasi atas sebuah berita.
Salah satu kunci utama untuk mencegah tersebar luas ada pada masing-masing individu. Dan kesadaran untuk kritis terhadap sebuah informasi sebelum membagikan ke sosial media yang diikutinya masih rendah. Banyak intelektual yang dengan gampangnya membagikan informasi yang belum jelas asal usulnya. Bahkan, seorang mantan menteri komunikasi dan informasi terpaksa meminta maaf kepada publik ketika sebuah unggahan di media sosialnya ternyata hoaks. Masyarakat awam, tentu lebih rentan menyebarkan konten hoaks. Dan ini yang dimanfaatkan oleh para pembuat hoaks dengan segala motifnya.
Usulan peringatan hari antihoaks yang muncul baru-baru ini merupakan respon atas maraknya hoaks yang meningkat di tahun politik ini. Momentum ini harus diambil sebagai langkah untuk mendidik publik bagaimana mereka kritis terhadap sebuah informasi sebelum mereka membagikannya di media sosial. Soal kapan hari yang disepakati, bisa didiskusikan bersama-sama karena peringatan ini bukan untuk kepentingan politik sesaat, apalagi sekedar memojokkan individu tertentu, melainkan kepentingan bersama. (Achmad Mukafi Niam)