Risalah Redaksi

Menggalang Dana via Koin NU

Sabtu, 5 Agustus 2017 | 14:15 WIB

Menggalang Dana via Koin NU

Ilustrasi

Dana bagi sebuah organisasi ibarat darah bagi tubuh. Seperti pentingnya darah yang mengalirkan zat-zat penting ke dalam tubuh yang kemudian dibagi ke masing-masing organ agar bisa menjalankan fungsinya dengan baik, keberadaan dana menggerakkan aktivitas organisasi dalam seluruh jaringannya. Menggerakkan seluruh perangkat organisasi dalam sebuah aksi yang harmonis. Kekurangan dana bisa menyebabkan kelumpuhan, bahkan kematian. Ketersediaan dana yang memadai bagi organisasi akan membuat organisasi dapat menjalankan kegiatannya dengan baik.

Sekalipun ditopang oleh banyak relawan, keberadaan dana tetap penting bagi Nahdlatul Ulama atau organisasi sosial lainnya. Tetapi, pengumpulan dana bukan tujuan utama karena organisasi sosial bukanlah lembaga yang didirikan untuk mencari keuntungan. Tujuan organisasi sosial adalah memberdayakan masyarakat sesuai fokus garapan yang digeluti. Berbagai upaya dilakukan untuk menghasilkan dana yang cukup untuk menjalankan program dan mendukung operasi kegiatan mulai dari iuran anggota, mencari sumbangan tidak mengikat sampai dengan mendirikan badan usaha. Kini, salah satu inovasi yang cukup sukses dalam penggalian di lingkungan NU adalah Koin NU. Dimulai di beberapa tempat, Koin NU mengalami viral dengan cepat ke daerah lain setelah sukses diterapkan sehingga daerah lain tertarik untuk mengaplikasikannya.

Polanya sederhana, yaitu warga NU yang secara ekonomi dianggap mampu dititipi kaleng untuk donasi. Diharapkan keluarga tersebut setiap harinya mengumpulkan uang receh, yang tidak terlalu memberatkan, ke dalam kaleng tersebut. Dalam satu bulan, tanpa terasa akan terkumpul jumlah yang lumayan dari kaleng tersebut. Jika dihimpun dari banyak orang, jumlah yang terkumpul akan signifikan secara ekonomi. Inilah kekuatan dari pengumpulan dana. Lalu dana tersebut dibagi dengan persentase tertentu antara Ranting NU, MWCNU, dan PCNU. Persentase terbesar diberikan kepada pengurus tingkat ranting karena mereka yang secara langsung bergerak di masyarakat.
 
Dalam waktu dekat, tampaknya penyebaran Koin NU ini akan terus meluas. Bukan hanya di tingkat PCNU, upaya penggalangan dana ini sudah merambah ke tingkat Ranting, khususnya di Jawa Timur. Sarana pengaderan yang sekarang massif diselenggarakan oleh pegiat NU menjadi wadah untuk menyebarkan metode penggalian dana ini secara getok tular.

Kini yang perlu diperhatikan adalah tata kelola keuangan dari dana yang sudah terkumpul tersebut. Jangan sampai uang yang telah dipercayakan oleh masyarakat kepada pengurus NU tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Karena uang tersebut milik organisasi, maka yang penting adalah dibuat sistem dari perencanaan sampai dengan evaluasi yang baik. Di hadapan uang, banyak orang sering menjadi lupa akan amanah yang diembannya. Sistem yang baik akan membuat setiap orang mengikutinya dan mempersempit ruang penyimpangan. Sistem yang buruk membuat orang baik bisa terjebak dalam perilaku yang buruk.

Sistem keuangan tersebut harus mencakup adanya pengawasan atas setiap rupiah yang digunakan dan alokasi pemanfaatan dana tersebut. Besarnya dana yang terkumpul bisa mendorong alokasi yang kurang produktif seperti untuk acara seremoni-seremoni, dibelikan aset yang tidak menghasilkan atau sekadar ditumpuk menjadi uang kas yang nilainya akan tergerus oleh inflasi. Dana-dana yang dikelola secara produktif, akhirnya akan menjadi sebuah investasi yang menghasilkan keuntungan sehingga total aset yang dimiliki semakin membesar. Demikianlah sunnatullah sebuah usaha yang dimulai dari kecil menjadi sebuah usaha raksasa. Jika usaha tersebut milik pribadi, tentu keuntungannya menjadi milik pribadi, tetapi jika usaha tersebut milik NU, tentu yang akan mendapat manfaat terbesar adalah warga NU.

Sesuai dengan tujuan NU untuk memberdayakan masyarakat, keberadaan dana tersebut juga harus mencakup alokasi khusus bagi kelompok warga NU yang membutuhkan bantuan seperti bantuan dana kematian, perawatan kesehatan, beasiswa dan lainnya.

Jika warga NU melihat wujud nyata atas dana yang mereka sumbangkan untuk NU, mereka dengan ikhlas akan rutin menyumbang atau bahkan menambahkan dana sumbangannya serta mengajak orang lain untuk turut menyumbang. Di negara-negara tertentu, sektor filantropi memberi sumbangan besar dalam pemberdayaan masyarakat. Negera memiliki peran penting dalam mensejahterakan masyarakat, tetapi negara juga tidak dapat mengurusi semua hal. Di sinilah pentingnya keterlibatan masyarakat.

Untuk bisa berhasil dalam penggalian dana, harus ada tim yang secara massif mampu menjangkau masyarakat. Dari pengalaman sebelumnya, semangat untuk menggali dana dari masyarakat cukup tinggi, tetapi operasionalnya yang lemah. Atau penggalangan dana hanya berjalan sesaat, ketika semangat kendor, maka upaya tersebut berhenti dengan sendirinya. NU memiliki kader-kader muda seperti IPNU-IPPNU, Ansor dan Fatayat NU. Mereka bisa dilatih bagaimana terlibat dalam upaya menggerakkan organisasi dan berhubungan langsung atau menyelami problematika yang dihadapi masyarakat secara langsung.

Inilah saatnya NU mampu memberdayakan potensi warganya yang luar biasa untuk membantu sesama. Pepatah mengatakan, kita tak dapat membantu semua orang, tetapi semua orang dapat membantu seseorang yang memerlukan. Organisasi, menggabungkan berbagai keahlian dan keterampilan menjadi sebuah badan yang mampu menggerakkan sebuah tujuan besar. (Ahmad Mukafi Niam)


Terkait