Risalah Redaksi

Menyiapkan Guru-guru NU pada Teknologi Pembelajaran Digital

Ahad, 6 Mei 2018 | 00:30 WIB

Guru merupakan faktor utama penentu keberhasilan pendidikan. Di bawah bimbingan pendidik yang kompeten dan berdedikasi, potensi-potensi yang terpendam dalam diri para siswa dapat dikembangkan dengan maksimal. Karena itu, untuk meningkatkan kualitas pendidkan di lingkungan NU, upaya peningkatan kualitas para guru menjadi suatu kemestian. Penyiapan para guru NU dengan teknologi pembelajaran digital akan mengakrabkan para guru dengan teknologi pembelajaran terbaru ini. 

Peningkatan kapasitas para guru sangat krusial di era saat ini mengingat terjadinya perubahan yang sangat cepat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Generasi baru yang lahir setelah tahun 2000, yang kini sedang duduk di sekolah memiliki cara berpikir dan bertindak yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka merupakan generasi digital native atau sejak lahir telah bersentuhan dengan dunia digital. Para guru, yang lahir di era sebelumnya, merupakan kelompok digital immigrant atau orang-orang yang mempelajari teknologi digital setelah mereka dewasa. Karena belajar teknologi digital setelah dewasa, banyak di antaranya yang mengalami kegagapan.

Kelompok digital native dan digital immigrant memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda ketika berhadapan dengan teknologi. Para guru, jika ingin berhasil dalam mengajar, harus memahami bagaimana cara berpikir anak-anak masa kini lalu menggunakan metode yang tepat dalam proses belajar-mengajar. Metode pembelajaran yang banyak menghafal sebagaimana digunakan di masa lalu tampaknya harus dievaluasi mengingat teknologi kini mampu menyimpan materi-materi ke dalam jaringan, lalu kita dapat mengaksesnya dengan mudah kapan saja, di mana saja tanpa perlu kita menghafalnya. Tugas guru adalah bagaimana mendorong rasa keingintahuan siswa agar berkembang dengan baik mengingat internet menjadi sumber pengetahuan yang tak terbatas. 

Kini, kita dapat belajar “apa saja” melalui internet. Video-video pembelajaran yang berserakan di Youtube atau situs lain dapat dengan gampang diakses. Jika belum paham materinya, kita dapat mengulangi materi sampai bisa memahami. Beragam aplikasi yang tersedia di play store atau app store menyediakan wahana pembelajaran yang interaktif, yang menyediakan latihan-latihan pada materi yang kita pelajari. Sejumlah perusahaan telepon genggam dunia juga mengembangkan materi pembelajaran yang efektif sebagai nilai lebih mereka di hadapan konsumen. Peran guru dalam hal ini adalah bagaimana mengarahkan para siswa memanfaatkan kekayaan teknologi ini. Untuk bisa mengarahkannya, maka mereka sendiri harus paham dan akrab teknologi pembelajaran berbasis digital.

Bagaimana kesiapan para guru NU yang tergabung dalam Persatuan Guru NU (Pergunu) untuk memanfaatkan teknologi pembelajaran ini? Beberapa tentu sudah akrab dengan teknologi baru ini, tetapi masih banyak yang menggunakan cara-cara pembelajaran konvensional yang sudah dijalankan selama bertahun-tahun sebelumnya. Para guru yang baru lulus lebih mudah menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi sementara guru yang sudah berumur cenderung menggunakan pola pembelajaran yang selama ini dijalani selama karir mengajarnya. 

Keberadaan telepon cerdas kini sudah menyebar secara merata, termasuk di kalangan para pendidik. Beragam aplikasi pembelajaran juga bisa diunduh dengan gratis. Persoalannya saat ini adalah bagaimana para guru selalu terdorong untuk menggunakan teknologi untuk pembelajaran sehingga siswa dapat mempelajari dan mamahami suatu materi pelajaran dengan cepat. Menciptakan budaya pembelajaran digital akan mempercepat proses digitalisasi pembelajaran.

Tetapi ada peran guru yang tidak dapat digantikan oleh teknologi digital, yaitu peran sebagai pemberi teladan dan mengajarkan karakter kepada siswanya. Di sinilah kekuatan para pendidik di lingkungan NU. Ini harus dijaga bahkan diperkuat. Internet di mana  beragam nilai-nilai moral ditawarkan bisa menjadi jebakan bagi anak didik jika mereka tidak mendapatkan bimbingan yang baik dari para guru. Kelompok-kelompok radikal juga menyasar pengikut baru melalui internet yang merupakan orang-orang yang labil dan belum memiliki pegangan hidup yang mapan.

Peran guru juga sangat krusial dalam membimbing siswa bagaimana menggunakan internet atau teknologi digital dengan bijak. Kekhawatiran para orang tua adalah konten pornografi yang kini dengan mudah diakses melalui internet. Bukan hal yang bijak juga jika menghalangi para siswa untuk mengakses internet karena ketakutan mereka akan terpapar pornografi. Ini merupakan dampak negatif yang harus dicarikan solusinya. Masa depan generasi muda, tergantung pada kemampuan mereka dalam memanfaatkan internet dengan baik. Karena itu, membimbing mereka berinternet secara sehat menjadi sangat penting.

Hal lain adalah munculnya media sosial sebagai sarana untuk bersosialisasi di dunia maya. Kini banyak orang menghabiskan waktunya selama berjam-jam dalam sehari untuk menelusuri media sosial, dari satu grup ke grup lain, dari satu aplikasi ke aplikasi lain. Baik sekedar membaca, memberi tanda suka, berkomentar atau menggunggah materi. Banyak waktu produktif hilang karena fenomena media sosial yang sangat melenakan ini. Para siswa, juga memiliki kecenderungan yang sama untuk teradiksi dengan media sosial secara berlebihan. Sekali lagi, di sini peran guru untuk membimbing mereka.

Menjadi guru di era digital merupakan tugas yang lebih menantang dibandingkan dengan era analog pada generasi sebelumnya. Tentu ini merupakan "berkah" dari kemajuan, tetapi menuntut para pendidik untuk lebih proaktif dalam memanfaatkan teknologi pembelajaran. Organisasi guru seperti Pergunu harus menyiapkan para guru untuk lebih siap menghadapi perkembangan teknologi baru ini. (Achmad Mukafi Niam)


Terkait