Dunia pendidkan pada bulan-bulan ini sibuk dengan kegiatan penting, mulai dari ujian nasional, kelulusan, dan selanjutnya penerimaan siswa baru. Semuanya membutuhkan energi besar karena menyangkut capaian sekolah. Persiapan ujian nasional sudah dilakukan jauh-jauh hari dengan beragam kegiatan. Ujian menjadi prioritas karena menentukan masa depan masing-masing siswa yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hasil ujian juga menetapkan peringkat masing-masing sekolah dibandingkan dengan sekolah lainnya.
Untuk hasil ujian sekolah menengah atas yang dirilis dinas pendidkan DKI Jakarta beberapa waktu lalu, di wilayah Jakarta sekolah-sekolah non-Muslim mendominasi peringkat lima teratas. Hanya SMA unggulan MH Thamrin untuk bidang IPA di peringkat 1 sedangkan empat sisanya sekolah berbasis keagamaan non-Muslim. Pada bidang IPS, empat urutan teratas diduduki sekolah non-Muslim sedangkan peringkat kelima ditempati oleh SMAN 8. Tidak ada sama sekali sekolah berbasis Islam masuk kategori terbaik. Versi lain peringkat 100 sekolah menengah atas terbaik di Indonesia yang beredar di media sosial juga menunjukkan sekolah swasta non-Muslim dan sekolah negeri masih mendominasi peringkat teratas.
Dari hasil tersebut, sudah seharusnya seluruh pemangku kepentingan pendidikan Islam untuk melakukan evaluasi, sejauh mana sekolah-sekolah Islam mampu mendidik para siswa agar potensi terbaik mereka dapat terasah dengan maksimal. Perbedaan hasil yang ada saat ini tampaknya lebih dikarenakan bagaimana memproses input dari masing-masing siswa secara maksimal, bukan karena perbedaan input karena di sekolah Islam, siswa yang masuk juga memiliki potensi yang bagus.
Sekolah-sekolah swasta Islam favorit dengan nama besar di seputar Jakarta sudah banyak. Mereka mengenakan biaya besar untuk bisa belajar di tempat tersebut. Para orang tua rela merogoh kantongnya dalam-dalam untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Sayangnya, upaya tersebut belum membuahkan hasil yang maksimal. Kualitas umat Islam pada 20-30 tahun mendatang tergantung bagaimana generasi mudanya saat ini diolah untuk menghasilkan kualitas terbaiknya.
Infrastruktur, sarana, dan prasarana penting dalam menunjang keberhasilan peserta didik. Tetapi ketersediaannya tidak harus mewah yang akhirnya dibebankan kepada orang tua dengan biaya pendidikan yang mahal. Sejauh siswa bisa belajar dengan nyaman di gedung sekolah yang memadai, maka hal tersebut sudah cukup. Demikian pula dengan keberadaan beragam laboratorium untuk menunjang proses belajar siswa, ini juga penting.
Apakah setiap sekolah harus memiliki beragam lapangan olahraga yang membutuhkan ruang yang luas atau kolam renang dengan standar internasional untuk menunjang kegiatan, tentunya hal ini harus pertimbangkan dengan matang. Sejauh mana efektifitas penggunaannya antara ongkos yang dikeluarkan dan hasil yang diperoleh. Sekolah dapat menggunakan fasilitas publik yang disedikan oleh pemerintah untuk menunjang proses belajar-mengajar. Orang tua saat ingin memasukkan anaknya ke sekolah tertentu yang menyediakan fasilitas wah, harus memikirkan kondisi ini. Banyaknya fasilitas terlihat keren tetapi penggunaan yang kurang maksimal bagi anak didik akan menjadi beban bagi orang tua.
Kurikulum menduduki posisi strategis dalam keberhasilan pembelajaran. Kurikulum menentukan apa saja yang akan diajarkan kepada para siswa. Pada sekolah Islam, tantangannya besar karena memadukan antara materi pendidikan umum dan materi keislaman. Jika waktu yang dialokasikan dalam satu hari sama antara sekolah pada umumnya dan sekolah Islam, maka akan ada pemadatan materi-materi agar semuanya tercapai. Tentu saja, ini akan berdampak pada penyerapan siswa mengingat mereka harus belajar banyak materi.
Banyak orang tua dengan sengaja mempercayakan pendidikan anaknya di sekolah Islam karena tambahan kurikulum keislamannya ini. Tetapi hal ini tidak boleh menjadi alasan bahwa tambahan materi ini akan mengurangi prestasinya secara umum. Sekolah non-Muslim yang berprestasi juga sekolah berbasis keagamaan yang tentu saja ada tambahan materi-materi belajar. Jika mereka bisa berhasil, sekolah Islam tentu saja juga memiliki peluang yang sama untuk bisa berhasil.
Guru menjadi faktor penentu keberhasilan. Mereka berada di garda paling depan dalam mengajar dan mendidik para murid. Di sekolah Islam, peran mendidik dengan memberi keteladanan sangat penting. Sekalipun begitu, kompetensi guru harus sesuai dengan standar. Pemerintah telah memberikan sertifikasi pendidikan bagi para guru, baik di sekolah negeri atau swasta agar mereka dapat hidup lebih layak dan mampu mengembangkan kapasitasnya sebagai guru. Tentu saja hal ini cukup membantu sekolah swasta dalam memberikan kehidupan yang layak kepada tenaga pendidiknya.
Manajemen sekolah yang baik akan menentukan sejauh mana sumber daya yang dimiliki sekolah bisa dimanfaatkan secara maksimal. Di sini, peran kepala sekolah sangat menentukan bagaimana sekolah dikelola dengan baik. Sumber daya besar tetapi dengan tata kelola yang buruk akan menyia-nyiakan potensi yang ada. Kualitas kepemimpinan di sebuah sekolah menentukan keberhasilan sekolah tersebut.
Beberapa hal tersebut harus menjadi perhatian sekolah Islam agar bisa memaksimalkan potensi siswanya. Butuh tahapan panjang untuk benar-benar matang mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi yang terus-menerus sampai akhirnya menjadi pengetahuan bersama seluruh pemangku kepentingan sekolah Islam bagaimana mengelola pendidkan secara baik. Hasilnya akan tercermin dalam kualitas siswanya. Inilah PR besar yang masih harus dihadapi sekolah Islam. Sudah sewajarnya jika kita memberi kontribusi terbaik pada negeri ini dengan mendidik generasi muda menjadi insan terbaik melalui pendidikan terbaik. (Achmad Mukafi Niam)