Mengenal Imam Fakhruddin Ar-Razi: Penulis Tafsir Induk Mafatihul Ghaib Asal Kota Ray Iran
Jumat, 22 Maret 2024 | 20:00 WIB
Ilustrasi biografi Imam Fakhruddin Ar-Razi penulis tafsir induk Mafatihul Ghaib asal kota Ray Iran. (via sothebys.com)
Jika dalam ilmu fiqih ada Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad dan Imam Syafi’, dalam ilmu aqidah ada Imam Al-Asy’ari dan Imam Al-Maturidi, dalam ilmu tasawuf ada Imam Al-Ghazali dan Imam Junaid Al-Baghdadi, maka dalam dunia tafsir kita akan mengenal nama Imam Fakhruddin Ar-Razi.
Imam Fakhruddin Ar-Razi salah satu jajaran ulama penulis tafsir induk yang karyanya terus dibaca sepanjang masa. Keilmuan dan intelektualitasnya sangat luas dan karyanya sangat banyak, bahkan lintas bidang ilmu pengetahuan. Banyak ranah keilmuan yang ia tekuni, mulai dari ilmu tafsir, ilmu kalam, logika, fiqih, ushul fiqih, hingga ilmu filsafat. Dalam ilmu tafsir, karyanya yang hingga saat ini menjadi bacaan populer adalah kitab tafsir berjudul Mafatihul Ghaib yang juga akrab disebut Tafsir Ar-Razi.
Selain dikenal sebagai ulama yang sangat produktif dalam menulis karya, ia juga masyhur dengan sebutan ulama multidisipliner ilmu. Semua pokok-pokok dan cabang-cabang ilmu syariat mampu ia tekuni dan ia pahami dengan sempurna. Hampir tidak ada satu ilmu pun yang ia tinggalkan tanpa dipelajari.
Nama Lengkap dan Kelahiran Fakhruddin Ar-Razi
Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Abul Falah Ibnul Imad dalam kitabnya Syadaratudz Dzahab, Imam Fakhruddin Ar-Razi bernama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin Husain Al-Qursyi At-Thabaristani. Ia lahir pada tahun 544 di Ray Iran sekarang dan berkebangsaan Thabaristan, sebagaimana yang disematkan pada namanya, At-Thabaristani. Yaitu salah satu wilayah kuno yang saat ini berada dalam wilayah Iran.
Imam Fakhruddin Ar-Razi lahir dari keluarga agamis. Ayahnya, Imam Dhiyauddin merupakan ulama tersohor pada masa itu dan dikenal dengan ahli khutbah di kota Ray. Karena itu, nama Ar-Razi masyhur dengan sebutan Fakhruddin Ar-Razi Ibnul Khatib. Ayahnya juga merupakan ahli ilmu yang menguasai banyak cabang ilmu syariat, dan merupakan murid dari Imam Abu Muhammad Al-Baghawi.
Rihlah Intelektual Fakhruddin Ar-Razi
Pada mulanya, Ar-Razi kecil belajar ilmu agama kepada ayahnya, Imam Dhiyauddin. Mulai dari ilmu-ilmu dasar Al-Quran, seperti tajwid dan tempat keluarnya huruf (makharijul huruf), hingga bacaan-bacaan asing yang ada di dalam Al-Qur’an (gharaib).
Di bawah bimbingan ayahnya, Ar-Razi kecil tumbuh menjadi sosok yang sangat cerdas, hebat dan tangkas. Semua ilmu yang diajarkan oleh ayahnya ia terima dengan sangat mudah, dan bisa ia hafal juga dengan cepat.
Selain belajar ilmu Al-Quran, Ar-Razi kecil belajar ilmu fiqih dengan dialektika yang ada di dalamnya kepada ayahnya juga, hingga ia bisa memahami banyak konsep-konsep fiqih mazhab Syafi’iyah, bahkan menghafalnya. Semua itu ia tempuh sejak usia masih sangat kecil, hingga sang ayah wafat.
Sebagaimana disebutkan dalam mukadimah kitab Tafsir Mafatihul Ghaib, setelah ayahnya wafat, ia belajar ilmu kalam dan ilmu hikmah kepada Imam Al-Jaili di Maragheh Iran, salah satu murid Hujjatul Islam Al-Ghazali. Di bawah bimbingannya itu pula, ia berhasil menghafal kitab As-Syamil dengan sempurna, karya Imam Al-Haramain yang membahas ilmu kalam. Ia belajar kepada Imam Al-Jaili dengan tempo waktu yang sangat panjang.
Setelah ilmu-ilmu yang dimiliki Imam Al-Jaili berhasil diserap oleh Ar-Razi, semangat mencari ilmu dalam dirinya terus menggebu-gebu, hingga ia mendatangi ulama-ulama tersohor pada masa itu. Di antaranya adalah Imam Al-Kamal As-Samnani, dan ulama-ulama tersohor lainnya.
Ar-Razi juga mengembara dengan mengelilingi kota Khwaresmia dan kota-kota besar di Khorasan untuk mempelajari berbagai ilmu. Lelah dan umur tidak menjadi alasan baginya untuk terus belajar mendalami ilmu agama. Bahkan ketika sudah banyak menguasai banyak cabang ilmu, ia tetap belajar dan mengaji kepada para ulama. (Fakhruddin Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Fikr: 1981], juz I, halaman 3).
Setelah rihlah panjang ditempuh oleh Ar-Razi dalam menuntut ilmu, akhirnya ia berhasil tumbuh menjadi sosok yang sangat mendalam keilmuannya dan sangat luas pemahamannya. Bahkan ia menjadi panutan para ulama dan orang-orang sepanjang masa.
Karena itu, tidak heran dan tidak berlebihan jika para ulama dan orang-orang pada masa itu memberinya banyak gelar. Di antaranya adalah Fakhruddin atau kebanggaan Islam. Gelar yang lain di antaranya adalah Abul Ma’ali (bapak kemuliaan) dan Khatibur Ray (ahli khutbah di kota Ray. (Mu’jamul Muallifin, [Kuwait, Darul Bayan: 2000], juz XI, halaman 79).
Karya Imam Fakhruddin Ar-Razi
Imam Fakhruddin Ar-Razi dikenal dengan karya-karyanya yang sangat banyak dan terus tersebar dan dibaca di mana-mana. Karyanya tidak hanya dari satu macam cabang ilmu, namun dari beragam bidang keilmuan. Mulai dari ilmu tafsir, fiqih, ushul, hingga filsafat dan kedokteran.
Berikut ini adalah beberapa karya tulis Imam Fakhruddin Ar-Razi:
- Tafsir Mafatihul Ghaib atau Tafsir Al-Kabir.
- Al-Mathalibul Aliyah minal Ilmil Ilahi.
- Muhasshalul Afkar al-Mutaqaddimin wal Mutaakhirin.
- Al-Mahsul fi ‘Ilmil Ushul.
- Al-Ma’alim fi Ushulil Fiqh.
- Lubabul Isyarat.
- Syarhul Isyarat wat Tanbihat.
- Syarhu ‘Uyunil Hikmah.
- Al-Mabahits al-Masyiriqiyyah fi ‘Ilmil Ilahiyyat wat Thabiyyat.
- .Manqibus Syafi’i, dan karya-karya lainnya.
Kewafatan Imam Fakruddin Ar-Razi
Disebutkan dalam mukadimah kitab Ar-Risalah Al-Kamaliyah, Imam Fakhruddin Ar-Razi wafat pada tahun 606 Hijriah di Herat Afghanistan.
Dikatakan, ia meninggal ketika berselisih pendapat dengan kelompok Al-Karamiyah perihal urusan aqidah, dan mereka sampai mengkafirkan Ar-Razi. Kemudian dengan kelicikan dan tipu muslihat, mereka meracuni Ar-Razi hingga menghembuskan nafas terakhirnya dan menghadap kepada Allah swt. (Ar-Risalatul Kamaliyah fil Haqaiqil Ilahiyah, halaman 8).
Demikian biografi dan rihlah intelektual Imam Fakhruddin Ar-Razi mulai dari kecil hingga menjadi ulama tersohor yang sangat produktif berkarya. Wallahu a’lam bisshawab.
Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.