Nubuwat Kealiman Syekh Yasin Padang Sudah Diprediksi Sejak Masih Belia
Selasa, 21 Juli 2020 | 16:46 WIB
Pada 21 Juli 1990, dunia Islam kehilangan sosok ulama terbaiknya. Beliau adalah Syekh Muhammad Yasin bisa Isa al-Fadani al-Makki, atau yang dikenal dengan Syekh Yasin Padang.
Syekh Yasin Padang adalah seorang ulama besar dunia Islam dalam bidang hadits dan sanad. Pada abad ke-20, sosok Syekh Yasin Padang adalah satu-satunya ulama dunia Islam yang memiliki mata rantai sanad keilmuan dalam pelbagai bidang dan jalur periwayatan yang menyambung kepada para ulama besar dunia Islam generasi sebelumnya yang paling lengkap dan paling ‘ali (luhur).
Oleh karena itu jugalah, Syekh Yasin Padang dijuluki sebagai musnid al-dunya atau “mata rantai sanad keilmuan dunia”. Hampir semua ulama Muslim yang mulai berkarir pasca paruh kedua abad ke-20 M, sanad keilmuan mereka dan jalur periwayatan mereka bersumber dari atau tersambung dengan Syekh Yasin Padang.
Kepakaran Syekh Yasin juga dapat terlihat dari karya-karyanya yang berjumlah lebih dari 90 buah. Karya-karya Syekh Yasin mencakup pelbagai macam bidang disiplin keilmuan Islam, mulai dari ilmu tafsir, hadits, musthalah al-hadits, fikih, ushul fikih, logika, tata bahasa Arab, dan lain sebagainya. Di antara semua karyanya, yang paling dominan adalah karya-karya dalam bidang ilmu isnad (sanad).
Kebesaran sosok Syekh Yasin juga tampak dari banyaknya murid Syekh Yasin yang menjadi ulama besar di pelbagai penjuru dunia Islam, tersebar mulai dari Maroko, Mesir, Suriah, Lebanon, Sudan, Saudi Arabia, Irak, Turki, India, hingga Nusantara. Di Nusantara, murid-murid Syekh Yasin Padang juga rata-rata ulama besar, tersebar di Thailand Selatan, Malaysia, Singapura, dan tentu saja Indonesia.
Atas kebesaran sosok Syekh Yasin Padang, al-Habib Saqqaf bin Muhammad al-Saqqaf, seorang ulama besar Tarim, Hadhramaut (Yaman), menjuluki Syekh Yasin Padang dengan Suyûthi Zamanihi atau “Imam Suyuthi pada zamannya).
Syekh Yasin Padang lahir di Makkah pada tahun 1917 M (1335 H) dari keluarga asal Nusantara, tepatnya dari Padang, Sumatera Barat. Ayahnya, Syekh Isa Padang, bermukim di Makkah dan tidak kembali lagi ke kampung halaman asalnya. Syekh Yasin Padang sendiri tumbuh di Makkah dan menjadi warga negara setempat hingga wafatnya.
Menariknya, nubuwat kealiman Syekh Yasin telah diprediksi oleh banyak ulama besar Makkah sejak Yasin masih berusia kecil. Salah satunya adalah Syekh Mukhtar bin ‘Atharid al-Jawi al-Makki (Syekh Mukhtar Bogor, w. 1930), seorang ulama besar Makkah yang berasal dari Sunda.
Ketika Syekh Yasin masih berusia 13 tahun (1348 H), Syekh Mukhtar Bogor memberikan (mengijazahkan) seluruh sanad keilmuannya kepada Syekh Yasin yang pada waktu itu masih terhitung berusia sangat belia dan masih belum lulus sekolah. Syekh Yasin sendiri baru lulus dari Madrasah al-Shaulatiah pada tahun 1353 H (1934 M), ketika ia berusia 17 tahun.
Pemberian ijazah ini terjadi pada akhir bulan Dzulhijjah 1348 Hijri (bertepatan dengan April 1930). Tiga bulan setelah peristiwa ini, Syekh Mukhtar Bogor pun meninggal dunia (13 Juli 1930/17 Safar 1349 Hijri). Ijazah tersebut ditulis sendiri oleh Syekh Mukhtar Bogor di Makkah, dan hingga saat ini menjadi ijazah dan sanad keilmuan tertua dan terawal yang pernah didapatkan oleh Syekh Yasin Padang.
Teks ijazah dari Syekh Mukhtar Bogor untuk Syekh Yasin Padang di atas termuat dalam kitab karya Syekh Mahmûd Sa’id Mamdûh, salah satu murid Syekh Yasin Padang asal Mesir yang masih hidup saat ini, yang berjudul Tasynif al-Asma’ (hal. 592). Wallahu A’lam.
Penulis: A. Ginanjar Sya’ban
Editor: Abdullah Alawi