Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-82 Nahdlatul Ulama (NU) pada 2008 mendatang bakal berbeda dari biasanya. Pasalnya, harlah organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia yang puncaknya bakal digelar pada 3 Februari tahun depan itu akan diselenggarakan secara besar-besaran dan serentak seluruh Indonesia.
“Pekan pertama pada bulan sebelumnya, peringatan Harlah NU oleh pengurus ranting se-Indonesia. Pekan kedua oleh majelis wakil cabang se-Indonesia. Pekan ketiga oleh pengurus cabang se-Indonesia. Dan, terakhir, puncaknya tanggal 3 Februari, seluruh pengurus wilayah NU se-Indonesia,” terang Ketua Umum Pengurus Besar NU KH Hasyim Muzadi.<>
Hasyim mengatakan hal itu dalam sambutannya pada acara Halal bi Halal yang diselenggarakan Pengurus Wilayah NU DKI Jakarta, di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Selasa (6/11). Hadir juga pada acara itu, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo serta jajaran pengurus teras PBNU, di antaranya, KH Said Aqil Siroj, Ahmad Bagdja, Endang Turmudzi, Andi Jamaro Dulung dan KH Masyhuri Naim.
Sementara itu, menurut Hasyim, di Jakarta sendiri, puncak peringatan Harlah tersebut bakal dipusatkan di Gelora Bung Karno. Ia meminta kepada Ketua PWNU DKI Jakarta, Fauzi Bowo, yang kini menjadi orang nomer satu di Ibukota, untuk mengumpulkan warga Nahdliyin sehingga mampu memenuhi stadion berkapasitas 100 ribu orang itu.
“Jakarta punya gubernur yang merupakan kader terbaik NU. Masa tidak bisa mengumpulkan orang hingga memenuhi Gelora Bung Karno? Kalau tidak bisa, lebih baik jadi anak buah Hizbut Tahrir Indonesia saja,” kata Hasyim disambut tepuk tangan para hadirin yang mengikuti acara tersebut.
Hasyim mengungkapkan, puncak peringatan ulang tahun NU itu akan dihadiri langsung Rais Aam PBNU KH Sahal Mahfudz. “Beliau akan berpidato di hadapan warga Nahdliyin di Gelora Bung Karno sekaligus teleconference biar semua warga Nahdliyin se-Indonesia bisa melihat juga,” pungkasnya.
Peringatan harlah besar-besaran dan serentak itu dilakukan sebagai upaya untuk membangkitkan kembali kejayaan NU pada masa sekarang dan akan datang. Selain itu, Hasyim berharap, di masa mendatang, tidak ada lagi pihak-pihak yang berani menganggap NU sebagai ahli bid’ah (mengada-ada dalam beribadah) serta mengambil alih masjid dan musala milik Nahdliyin.
“Ke depan, tidak ada lagi orang yang mengatakan bahwa tahlil itu haram, Maulid Nabi itu haram, solawatan juga dianggap harap. Tidak ada lagi masjid-masjid dan musala NU yang diambil alih kelompok lain,” tegas mantan Ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Timur itu. (rif)