Warta

Ali Mufiz Dinilai Mampu Gerakkan Potensi Banom, Lembaga dan Lajnah

Jumat, 11 Juli 2008 | 21:52 WIB

Brebes, NU Online
Nama Ali Mufiz masih saja disebut-sebut dijagokan sebagai ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah periode 2008-2013, meski yang bersangkutan mengisyaratkan menolak jabatan itu.

Ali yang masih menjabat Gubernur Jateng saat ini, dinilai mampu menggerakkan potensi badan otonom (banom), lembaga dan lajnah di lingkungan PWNU Jateng yang selama ini belum terlalu produktif.<>

Penilaian itu diungkapkan Ketua Pengurus Cabang NU Kabupaten Demak, Musadad Syarief, di lokasi Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jateng, di Pondok Pesantren Al-Hikmah, Kabupaten Brebes, Jumat (11/7) kemarin.

Menurut Musadad, Ali juga merupakan figur yang cukup wibawa, baik di dalam maupun di luar NU. "Selama ini, dia cukup 'bersih'. Bukan figur politik dan orang politik, meski beliau dosen ilmu politik," tandasnya.

Ia menjelaskan, seluruh banom, lembaga dan lajnah di lingkungan PWNU Jateng membutuhkan pemimpin seperti Ali yang dapat memberikan semangat untuk bekerja menurut bidangnya. Sebab, NU tak bisa jika hanya mengandalkan peran rais syuriyah dan ketua tanfidziyah.

"Kalau yang berkiprah hanya rais dan ketua tanfidziyah, itu baru pembinaan. Itu namanya jalan di tempat. Sedangkan pendidikan dan pemberdayaan harus dilakukan lajnah," terang Musadad.

Sejumlah banom, lembaga dan lajnah, seperti Lembaga Pendidikan Maarif NU, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam), Rabitah Maahid Islamiyah (RMI) dan Lembaga Perekonomian NU, tidak begitu maksimum gerakannya. Selain itu, tidak ada pula kesinambungan kerja antara pengurus cabang yang satu dengan lainnya.

Maka, dibutuhkan pemimpin yang mampu mendorong dan menggerakan potensi-potensi itu. "Artinya, personalia kepengurusan nanti bisa terisi orang-orang yang mempunyai disiplin ilmu makro," harapnya.

Jika tidak demikian, maka tidak dapat disalahkan kalau akhir-akhir ini muncul fenomena diambilalihnya sejumlah masjid dan musala yang didirikan warga NU. Juga fenomena maraknya aliran dan paham yang berseberangan dengan Ahlussunnah wal Jamaah.

"Coba kalau semua lajnah bangkit dan bergerak, pasti tidak perlu takut dengan tantangan-tantangan tersebut," tukas Musadad. (was/zis/uis)


Terkait