Warta

Australia: NU Memiliki Sejarah Panjang dan Membanggakan

Senin, 14 Maret 2011 | 20:31 WIB

Jakarta, NU Online
Pemerintah Australia diwakili oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriaty, bertamu ke Kantor PBNU, Senin, 14 Maret 2011. Kunjungan Dubes Australia ini diterima oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, Wakil Ketua Umum PBNU, H. Asad Said Ali, Wakil Sekjen PBNU, Syarizal Syarif PhD, Bendahara Umum PBNU, Dr. Ing. Bina Suhendra, dan Ketua LPBI NU, Ir. Avianto Muhtadi.

Kunjungan Kedubes Australia ini untuk mempererat hubungan PBNU dengan Australia yang telah terjalin selama ini. “Saya sangat mengapresiasi hubungan baik Australia dengan PBNU selama ini. Dan kami ingin lebih memperdalam dan memperkuat kerjasama ini,” kata Greg Moriaty kepada Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj.
t;
Kang Said –sapaan akrab KH Said Aqil Siroj- mengapresiasi kunjungan Dubes Australia ini. Pria kelahiran Cirebon ini kemudian menceritakan sejarah dan sikap kemasyarakatan NU yang toleran dan moderat. Mengenai hubungan PBNU-Australia yang sudah cukup lama, ia menyambut baik jika akan ditingkatkan lebih dalam lagi. “Saya beberapa saat yang lalu juga bertemu dengan Perdana Menteri Australia, Julia GIliard saat menyerahkan bantuan untuk korban Merapi,” papar Kang Said.

Dalam kesempatan ini, Greg mengapresiasi apa yang selama ini telah dilakukan NU. “NU memiliki sejarah panjang dan membanggakan, dan Australia menghargai itu,” ujar Greg. Ia memahami bahwa tradisi yang selama ini dijalankan NU seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, seperti halnya melindungi rakyat kecil.

Sementara itu, Ketua LPBI NU, Aviyanto Muhtadi, menawarkan beberapa program lanjutan. Yakni memahami perbedaan budaya, mempelajari kehidupan sosial kemasyarakatan dan peningkatan pengetahuan, penanggulangan dan pengurangan risiko bencana, pendidikan sejalan dengan peningkatan kualitas dan kapasitas sekolah Islam (pesantren, madrasah).

“Tata kelola pemerintahan, penguatan demokrasi melalui monitoring pemilukada, pendidikan untuk pemilih, dan people-to-people atau pertukaran budaya menjadi isu yang serius,” ujar Avianto. (bil)


Terkait