Padang, NU Online
Berbagai kegiatan dilakukan umat Islam dalam memuliakan gurunya yang telah mengajarkan Islam. Ketika para guru masih hidup, mereka didatangi. Namun, jika sudah wafat, para murid dan pengikutnya menziarahi kuburan sang guru. Bahkan ziarah tersebut dilakukan besar-besaran setiap tahun, persisnya bertepatan tanggal wafat sang guru.<>
Begitu pula di ranah Minangkabau, tersebut ulama penganut Thariqah Syatariyah Syekh Burhanuddin yang mengembangkan Islam di Ulakan, Kabupaten Padangpariaman Sumatera Barat. Setiap Rabu kedua bulan Syafar, makam Syekh Burhanuddin di Ulakan Padangpariaman ribuan diziarahi penganut Islam Syatariyah yang berasal dari seluruh Sumatera Barat, Jambi, Riau, Bengkulu, bahkan ada yang dari negeri jiran, Malaysia. Ziarah tersebut dikemas dengan nama Basafa. Tak heran, jalur lalu lintas di pintu masuk gerbang kawasan Makam Syekh Burhanuddin ditutup dari kendaraan bermotor. Petugas hanya membolehkan untuk pejalan kaki.
Seperti pada Rabu (11/1/2012) bertepatan 16 Syafar 1433 H malam kemarin, adalah puncak prosesi tradisi basafa. Ribuan pengikut Syatthariyah berkumpul di Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Padang Pariaman untuk menziarahi makam guru besarnya, Syekh Burhanuddin.
Basafa merupakan kegiatan rutin tahunan, terutama mereka yang disebut sebagai kaum kuno yang hingga saat ini tetap setia dengan amalan, dan tradisi ulama yang diajarkan Syekh Burhanuddin tempo dulu. Dalam pelaksanaannya, dikenal dua Safa: safa gadang dan safa ketek. Safa gadang banyak diikuti oleh masyarakat dari berbagai daerah. Selain dari Sumatra Barat, juga ada yang datang dari Provinsi Riau dan Jambi. Bahkan ada pula yang datang dari Malaysia. Terutama daerah-daerah yang banyak pengikut Syatthariyah-nya.
Pada zaman dulu, cukup banyak masyarakat dari Riau datang belajar mengaji ke ranah Minang ini, termasuk ke Ulakan Padangpariaman. Terutama soal pengajian yang berhubungan dengan thariqat. Seorang ulama besar yang pernah menjadi Ketua Umum Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) KH. Sirajuddin Abbas, dalam bukunya, Keagungan Mazhab Syafi'i menulis, di Ulakan ada tiga orang Syekh Burhanuddin dulunya yang pernah mengembangkan ilmu.
Syekh Burhanuddin pertama, adalah seorang ulama besar keturunan Arab, berafiliasi ke Thariqat Naqsabandiyah. Dia tidak lama mengembangkan ilmu di Ulakan. Burhanuddin yang satu ini terus mengembangkan Naqsabandiyah dari Ulakan, Payakumbuh, dan berakhir di Kuntu, Kampar, Provinsi Riau. Bahkan, wafat dan dimakamkan di Kampar. Lalu datang lagi Syekh Burhanuddin yang kedua, tulis Sirajuddin Abbas. Dia mengembangkan thariqat Syatthariyah.
Syekh Burhanuddin yang ketiga juga seperti demikian. Cuma, perbedaan antara yang kedua dengan ketiga, adalah soal kedudukan pengajian thariqat. Yang satu agak cendrung kearah Syiah, dan satu lagi komit dengan Syatthariyah. Makanya ada tradisi tabuik di Piaman. Sebab, tradisi tabuik erat kaitannya dengan kaum Syiah, seperti yang terjadi di Iran sana. Keduanya, tulis Sirajuddin Abbas dalam bukunya itu sama-sama wafat dan bermakam di Ulakan.
Dengan itu pula, baik kaum Syatthariyah, maupun mereka yang mengamalkan pengajian Naqsabandiyah tetap menjadikan Ulakan sebagai pusat dari pengajian yang telah mereka terima secara turun-temurun. Bagi kaum tariqat, menziarahi makam guru, merupakan bagian terpenting yang tidak bisa dianggap remeh. Guru sangat berjasa besar dalam membentuk karakteristik masyarakat. Apalagi guru pengajian oleh kaum thariqat ada silsilahnya sejak dari yang mengajar mereka saat ini, hingga jauh keatasnya sampai ke Nabi Muhammad Saw.
Basafa, menurut pandangan sebagian ulama setempat, merupakan Haul atau peringatan hari ulang tahun wafatnya Syekh Burhanuddin, yang jatuh pada bulan Syafar. Untuk memuliakan guru Syathariyah tersebut, setiap bulan Syafar dilakukanlah ziarah ke makamnya, yakni basafa. Ada pula yang menyebutkan sebagai ajang silaturrahim ulama-ulama ahli zikir, ahli badikia istilah rang Piaman. Karena sehabis bulan Syafar ini dilanjutkan bulan Maulid. Bagi masyarakat Padangpariaman peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw dimeriahkan dengan badikia (zikir) di setiap masjid dan surau.
Mantan Ppresiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebelum wafat, sempat menghadiri Basafa bersama puluhan ribu umat Islam, Rabu (20/2/2008) silam. Saat itu Gus Dur menyebutkan, nama besar Syeikh Burhanuddin di Nagari Ulakan Kabupaten Padangpariaman Sumatera Barat sudah lama terkenal. Nama besar itu tidak saja dikenal di Sumatera Barat, tapi juga terkenal sampai ke Pulau Jawa. Kebesaran Syeikh Burhanuddin sudah sangat melekat di hati saya. Oleh karena itu sudah sejak lama ingin berziarah ke makam Syeikh Burhanuddin ini.
Gus Dur mengatakan, jika di Jawa didominasi tarekat Naqsabandiyah, maka di Ulakan ini didominasi oleh tarekat Satariyah. Ziarah ke makam para ulama ini memang sudah merupakan kegiatan rutin. Dengan demikian ziarah ke makam Syeikh Burhanuddin di Ulakan ini adalah merupakan rangkaian kegiatan rutin.
Ziarah yang dilaksanakan Gus Dur tersebut merupakan wujud rasa penghormatan terhadap figur Syekh Burhanuddin, sebagai salah seorang ulama besar yang dikenal sangat berjasa dalam mengembangkan ajaran Islam di tanah air.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor : Bagindo Armaidi Tanjung