Menjelang pelaksanaan Kongres PMII di Banjarbaru Kalimantan Selatan, 9-14 Maret 2011 mendatang, aroma persaingan antar kandidat ketua umum semakin terasa. Hal itu juga terasa di lingkungan PMII Cabang Yogyakarta. Namun berbeda dengan cabang lainnya, Yogyakarta memiliki beberapa kader yang berminat menjadi calon ketua umum.
Sempat ada upaya untuk menentukan mekanisme penetapan Kandidat yang akan direkomendasi oleh Pengurus Cabang PMII Jogjakarta. Namun dalam rapat pleno (28/2) lalu yang berlangsung cukup alot tidak menghasilkan keputusan definitif, bahkan deadlock.<>
“Dari Yogyakarta belum ada kandidat yang telah mengantongi rekomendasi cabang. Kalau ada yang mengaku, itu bisa dibilang mengada-ada, atau bohong,” kata salah seorang sumber di pengurus harian cabang.
Sementara itu salah satu kandidat dari Yogyakarta, Ihsanudin mengatakan, penentuan rekomendasi kandidat sebaiknya itu tidak dipolitisasi, apalagi dengan melakukan kebohongan publik. Rekomendasi harus berdasar pada beberapa aspek baik intelektualitas, integritas, militansi gerakan, serta akseptabilitas yang menyangkut potensi dukungan.
“Seorang Kandidat dituntut memiliki kapasitas kepemimpinan yang mampu merangkul semua kader, bukan malah menciptakan konflik serta menyulut timbulnya friksi di barisan gerakan,” katanya kepada NU Online di Jakarta, Ahad (6/3).
Ical, sapaan akrab Ihsanudin menambahkan, sejauh ini terjadi saling klaim dukungan maupun rekomendasi, meskipun sebenarnya secara institusional belum ada rekomendasi cabang yang definitif.
“Demi mendukung persaingan yang sehat dan demokratis, sebaiknya semua kader harus kembali berfikir jernih. Bagaimanapun perhelatan Kongres merupakan ajang bagi seluruh warga PMII untuk melakukan pendewasaan dalam berorganisasi. Terlebih Kongres menjadi tumpuan masa depan PMII, karena akan menentukan format kepemimpinan PMII di hari esok,” pungkasnya. (mad/nam)