Warta

BLT 300 Ribu Tak Cukup Buat Hidup 3 Bulan

Jumat, 18 November 2005 | 14:06 WIB

Jakarta, NU Online
Kompensasi BBM yang diberikan pemerintah kepada masyarakat dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT) tidak banyak membantu masyarakat miskin. Bagi masyarakat miskin, uang Rp 300 ribu per 3 bulan itu tidak bisa digunakan untuk berbuat sesuatu.

”Buat kebutuhan sehari-hari selama 3 bulan saja tidak cukup, apalagi untuk usaha. Mau bikin usaha apa dengan duit segitu”, ungkap Hexa dari Komunitas Ciliwung Merdeka saat Dialog Kebangsaan yang bertajuk “Merajut Kembali Harmoni ke-Indonesia-an yang Tercabik; Telaah Dampak Kenaikan BBM dan Bantuan Langsung Tunai” yang diselenggarakan oleh Forum Kebangsaan Pemuda Indonesia (FKPI) di Gd. PBNU, Jum’at (18/11).

<>

Dikatakannya bahwa efek samping yang lain adalah muncul ketidakharmonisan hubungan antar-warga masyarakat karena persoalan kompensasi BBM itu. Untuk memperebutkan dana kompensasi tersebut, masyarakat rela mempertaruhkan dan beradu nyawa yang sama sekali tidak sebanding dengan nominal yang didapatkan.

Senada dengan Hexa, M Khoirul dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah mengungkapkan pendapatnya. Dari kebijakan (baca; kompensasi BBM dalam bentuk BLT) tersebut muncul kesan kuat selama ini pemerintah hanya melakukan penyantunan, bukan pada pembinaan.

“Selama ini pemerintah kan hanya menyantuni, bukan melakukan pembinaan atau pemberdayaan kepada masyarakat sebagai upaya peningkatan sumberdaya manusia. Dan itu (pembinaan, Red) lebih penting dan lebih bermanfaat,” terangnya.

Saat ditanya bagaimana konsep pembinaan yang dimaksud. Khoirul, demikian panggilan akrabnya mengatakan, bahwa kompensasi BBM tersebut bisa dilakukan pemerintah dengan menciptakan proyek padat karya.

“Jadi sederhananya seperti pemberdayaan UKM (Usaha Kecil Menengah, Red) atau bisa jadi dalam bentuk koperasi. Itu akan lebih bermanfaat daripada dalam bentuk BLT itu,” tandasnya saat ditemui usai acara tersebut.

Lebih lanjut ia menambahkan, dampak kenaikan BBM saat ini bukan hanya pada satu sektor saja, tapi banyak sektor. Ia menyebut dampak kenaikan BBM; ‘efek berantai”. Artinya, kenaikan BBM berdampak pada meningkatnya harga barang dan jasa. “Hal itu saya pikir beban yang tidak ringan bagi masyarakat kecil,” terangnya.

Selain itu, dalam diskusi tersebut berkembang wacana tentang penggunaan energi alternatif. Dasar asumsinya adalah bahwa persedian energi (BBM, Red) di Indonesia semakin menipis. Oleh karena itu, sebelum energi itu habis harus segera dipikirkan bagaimana menggunakan sumber energi lain, selain BBM.

“Selama ini yang kita tahu yang namanya energi itu ya BBM. Sebetulnya masih banyak energi lain yang masih belum dimanfaatkan, seperti briket batu bara, air, matahari, dan sebagainya. Nah, sekarang sudah saatnya lah kita ini tidak tergantung lagi pada BBM”, terang Khoirul.

Beberapa organisasi kepemudaan yang tergabung dalam FKPI adalah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Puteri Indonesia (IPPNU), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), Himpunan Mahasiswa Budha Indonesia (Hikmahbudhi), Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).(rif)


Terkait