Nasional

Keutamaan Puasa Syaban Menurut Syekh Nawawi al-Bantani

Kamis, 30 Januari 2025 | 16:00 WIB

Keutamaan Puasa Syaban Menurut Syekh Nawawi al-Bantani

Bulan Syaban. (Ilustrasi: NU Online)

Jakarta, NU Online

Syekh Nawawi al-Bantani di dalam kitab Nihâyatuz Zain fi Irsyâdil Mubtadiîn menjelaskan di antara keutamaan puasa Syaban adalah mendapatkan syafaat Rasulullah saw pada hari kiamat kelak karena Rasulullah menyukai ibadah puasa Sya'ban.

 

Alasan Rasulullah mencintai bulan Syaban karena bulan tersebut merupakan salah satu bulan yang dimuliakan Allah yaitu Syaban. Namun, Sya'ban sering dilupakan karena berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan. 


Hal ini seperti dikutip dari tulisan Ustadz Ahmad Muntaha AM dalam artikel berjudul Tata Cara Puasa Sya’ban: Hukum, Hikmah, Keutamaaan, dan Niat di NU Online


Salah satu cara memuliakan bulan Syaban yaitu dengan melakukan puasa. Selain itu, Sya’ban merupakan bulan laporan tahunan amal manusia kepada Allah swt, sehingga disunnahkan puasa Sya’ban agar saat laporan tahunan tersebut orang dalam keadaan berpuasa.


Rasulullah, dalam hadits yang diriwayatkan Aisyah, punya kebiasaan puasa ketika memasuki bulan Syaban. Oleh karenanya, Syekh Nawawi menganjurkan puasa berdasarkan hadits-hadits shahih dari Nabi Muhammad saw. 


Dalam kitab Nihâyatuz Zain fi Irsyâdil Mubtadiîn cetakan Dârul Fikr, Bairut halaman 197. Syekh Nawawi al-Bantani menyebutkan puasa sunnah yang keduabelas adalah Puasa Sya’ban, karena kecintaan Rasulullah saw terhadapnya. Karenanya, siapa saja yang puasa, maka ia akan mendapatkan syafaat belau di hari kiamat. 


Senada dengan  Syekh Nawawi, Ibnu Hajar al-Haitami dalam al-Fatâwal Kubral Fiqhiyyah, juga menganjurkan umat Muslim untuk berpuasa ketika memasuki bulan Sya'ban. Sebagai bentuk mengikuti kebiasaan Nabi Muhammad. 


Namun, Ibnu Hajar tidak menganjurkan puasa satu bulan penuh di Syaban. Ia lebih menekankan untuk melakukan puasa sunnah di separuh awal Syaban. Karena ada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tentang anjuran tidak puasa di separuh kedua Syaban. 


Adapun Rasulullah tidak melakukan puasa satu bulan penuh agar tidak disalahpahami oleh umatnya bahwa hukum puasa bulan Syaban adalah wajib, melainkan tetap pada derajat sunnah. 

 

Tata Cara Puasa Syaban

Puasa Syaban secara teknis dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:   


Pertama, niat di hati. Niat puasa baik dilakukan dengan niat puasa mutlak, seperti: “Saya niat puasa,” atau dengan cara yang lebih baik sebagaimana berikut:  


 نَوَيْتُ صَوْمَ شَعْبَانَ لِلّٰهِ تَعَالَى 


Nawaitu shauma sya’bâna lilâhi ta’âlâ.


Artinya, “Saya niat puasa Sya’ban karena Allah ta’âlâ.


Sebagaimana puasa sunnah lainnya, pertama, niat puasa Syaban dapat dilakukan sejak malam hari hingga siang sebelum masuk waktu zawal (saat matahari tergelincir ke barat), dengan syarat belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar atau sejak masuk waktu subuh.


Kedua, makan sahur. Lebih utama makan sahur dilakukan menjelang masuk waktu subuh sebelum imsak. Ketiga, melaksanakan puasa dengan menahan diri dari segala hal yang membatalkan, seperti makan, minum dan semisalnya.   


Keempat, lebih menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berkata kotor, menggunjing orang, dan segala perbuatan dosa. Kelima, segera berbuka puasa saat tiba waktu maghrib.