Warta

Cak Nun Ajak Korban Banjir Segera Bangkit dari Kesedihan

Sabtu, 10 Februari 2007 | 03:57 WIB

Jakarta, NU Online
Budayawan, Emha Ainun Najib, mengajak warga Jakarta yang mendapat musibah banjir untuk segera bangkit dan menggali makna atas bencana tersebut. "Jangan hanya terfokus pada banjirnya, tetapi harus bisa segera bangkit karena kalau disadari banyak yang lebih dapat disyukuri ketimbang dikeluhkan," kata pria yang akrab disapa Cak Nun itu, di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Sabtu dinihari, dalam acara Kenduri Cinta.

Pada kesempatan itu sejumlah tokoh masyarakat seperti budayawan M. Sobari, pemegang rekor MURI menyanyi terlama Mbah Surip, Rohaniawan Romo Benny, dan ratusan warga Jakarta yang sebagian menjadi korban banjir, turut hadir.

<<>font face="Verdana">Menurut suami penyanyi Novia Kolopaking itu, dalam hidup, manusia harus siap dihadapkan dengan rizki dan musibah atau kesedihan dan kegembiraan. "Kalau sudah mendapatkan yang baik-baik, maka berbaktilah kepada Tuhan dan bersiaplah mau berkorban serta ikhlas atas pengorbanan itu," kata pria berjuluk Kyai Mbeling itu.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Ia mengatakan, tingkat empati dan rasio penghayatan para pemimpin dalam menyikapi masalah banjir juga harus diperbaiki. "Tegur sapa cinta sepertinya belum dimiliki oleh para pemimpin kita, padahal tegur sapa kemanusiaan ini sangat indah," katanya.

Semestinya pihak-pihak yang terkait dapat mengantisipasi dan menekan akibat banjir mengingat sebelumnya sudah diketahui perihal banjir lima tahunan. Cak Nun mengatakan, bukan Gubernur Provinsi DKI Jakarta yang harus disalahkan dalam musibah tersebut sebab permasalahan seputar banjir sangat kompleks.

Jakarta menjadi sasaran empuk terjangan banjir karena penduduknya terlalu padat yaitu mencapai 12 juta jiwa sehingga untuk mengaturnya terlampau sulit dan memerlukan waktu lama.

"Di sini ada ketidakseimbangan pemutaran uang sehingga menyebabkan Jakarta dikerumuni banyak orang, sudah waktunya bertindak untuk ini," katanya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Menurut dia, pemerintah pusat harus memikirkan pemecahan masalah tersebut karena rakyat telah mempercayakan tampuk kepemimpinan kepada mereka. "Mereka sudah digaji rakyat kok, jadi mereka harus bisa mencarikan jalan keluar terbaik," kata pria berdarah Jawa itu. (ant/mad)

 


Terkait