Lima dari tujuh gunungan "Grebeg Tahun Dal 1943" (kalender Jawa) yang merupakan simbol "berkah hajad dalem" Keraton Yogyakarta, ludes hanya dalam bererapa menit ketika ribuan orang memperebutkannya di halaman Masjid Gede Keraton Yogyakarta, Jumat siang.
Sementara "Gunungan Bromo" yang hanya dibuat setiap tahun Dal atau delapan tahun sekali, dengan ciri khas di pucuknya menyembulkan asap, tidak diperebutkan dan harus kembali dalam kondisi utuh ke Keraton Yogyakarta setelah diarak dan didoakan di Masjid Gede.<>
Kemudian satu gunungan yakni "Gunungan Lanang" dibawa ke Puro Pakualaman Yogyakarta untuk dipersembahkan kepada Penguasa Pura Pakualaman Sri Paku Alam IX.
Prosesi grebek diawali keluarnya tujuh gunungan yakni Gunungan Lanang, Gunungan Putri, Gunungan Gepak, Gunungan Pawuhan, Gunungan Dharat dan Gunungan Bromo dari dalam Keraton Yogyakarta di Pagelaran Kraton kemudian diarak menuju Masjid Gede.
Arak-arakan gunungan itu dikawal delapan "bregodo" (pasukan prajurit) Kraton Yogyakarta dengan "Manggalayudha" Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Joyokusumo dan GBPH Yudhoningrat.
Selanjutnya tujuh gunungan tersebut didoakan di dalam Masjid Gede Keraton Yogyakarta di Kauman dengan doa yang dipimpin Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Kanolo Dipuro.
Kembalinya Gunungan Bromo ke Keraton Yogyakarta dikawal ketat aparat dari jajaran kepolisian, TNI, Satpol PP, maupun petugas keraton agar selama perjalanan gunungan tidak diserbu pengunjung.
Sedangkan Gunungan Lanang dengan dikawal Prajurit Lombok Abang, diarak menuju Puro Pakualaman yang berjarak sekitar tiga kilometer dari Kraton Yogyakarta untuk diperebutkan di Kadipaten Puro Pakualaman.
Hanya Gunungan Dharat, Gunungan Putri, Gunungan Gepak dan Gunungan Pawuhan yang diperebutkan di halaman Masjid Gede.
Masyarakat berkeyakinan bahwa mendapatkan makanan dari gunungan baik berupa sayuran, buah, atau benda lainnya akan mendapatkan berkah dan diberi kemudahan dalam mencari rejeki.
"Saya masih percaya bahwa gunungan atau berkah hajad dalem ini memiliki spirit berkah untuk ketentraman dalam hidup, khususnya akan diberi kemudahan dalam mencari rejeki maupun diberi kesehatan dan kedamaian. Saya dijarkan ini oleh orang tua saya dan saat ini saya juga mengajarkan kepada anak saya," kata Suminto (35), warga Gunungkidul yang mendapatkan sayuran kacang panjang dari gunungan.
Hal sama juga dikatakan Sri Suharti warga Kecamatan Prambanan, Sleman, meskipun hanya mendapatkan bilah bambu dari gunungan tersebut namun dirinya mengaku sangat senang bisa mendapatkannya.
"Bilah bambu ini akan saya tancapkan di sawah dengan harapan hasil panen bisa bagus dan tidak diserang hama, mudah-mudahan Tuhan merestui harapan kami ini," katanya. (ant/mad)