Warta

Fatayat Adakan Pelatihan Anti Trafficking di Aceh

Senin, 24 Oktober 2005 | 05:59 WIB

Jakarta, NU Online
Kerawanan Aceh pasca tsunami terhadap kemungkinan trafficking anak dan perempuan karena kesulitan pekerjaan mendorong Fatayat NU untuk melakukan sosialisasi sekaligus pelatihan gerakan anti trafficking yang diselenggarakan selama bulan September-Oktober 2005.

Fatayat melibatkan 30 orang yang terdiri dari tengku atau kyai, tokoh masyarakat, mahasiswa dan ormas perempuan. Untuk kelompok kyai, sosialisasi ini dilakukan disela-sela pengajian Ramadhan, guru kepada murid di sekolahnya, dan mahasiswa di camp-camp pengungsian.

<>

Dalam evaluasi yang diselenggarakan pada 19-23 Oktober di Ponpes Mahyaul Ulum Sibreh dan Rohiyatul Fatayat Seulimeum oleh 2 orang dari PP Fatayat, Vivin dan Nena, banyak temuan-temuan yang didapat yang mengindikasikan bahwa terdapat upaya secara sistematis untuk melakukan trafficking.

Vivin menjelaskan bahwa para agen TKI berkeliaran di berbagai lokasi pengungsian atau perkempungan untuk mencari anak-anak dibawah umur atau perempuan untuk dipekerjakan di Malaysia, Medan atau Riau karena posisi Aceh yang tak jauh dari daerah tersebut. Banyak juga orang lokal Aceh yang dijadikan sub agen untuk mencari korban.

Mereka diiming-imingi gaji besar dan pekerjaan ringan dengan bekerja di luar Aceh. Dalam kondisi kesulitan kerja, tentu saja tawaran tersebut sangat menggoda mereka yang lagi dalam posisi terjepit.

Indikasi trafficking adalah jika dalam proses perekrutan kerja tersebut, tidak dilakukan oleh PJTKI yang resmi, memalsukan dokumen atau tidak melengkapi persyaratan dokumen yang diperlukan untuk bekerja. Kondisi ini menyebabkan posisi pekerja lemah sehingga mereka rawan untuk dieksploitasi atau dijadikan Pekerja Seks Komersial (PSK).

Temuan lain dari evaluasi tersebut adalah adanya perdagangan organ tubuh. Salah satu relawan sempat menemui seseorang yang pingsan ditengah jalan dan ketika tersadar, terdapat organ tubuhnya yang sudah hilang karena diambil orang.

Vivin menilai bahwa program tersebut sangat efektif. Sebelumnya banyak yang tidak tahu indikasi dan ciri-ciri trafficking sehingga ketika mereka mendapatkan tawaran-tawaran kerja yang menarik, mereka segera mencari perlindungan.

Selain program tersebut, Fatayat bekerjasama dengan UNFPA juga community support center. Selain memberikan penanganan pemulihan psikologis pasca trauma, mereka juga memberikan pelatihan psikososial dan life skill agar dapat beraktifitas kembali dan melupakan masalah yang lalu dengan menatap masa depan yang lebih baik.(mkf)


Terkait