Mantan presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menyatakan, kelompok Hamas harus mau berunding dengan Israel. Perundingan dimaksudkan agar kedua pihak segera melakukan gencatan senjata secara menyeluruh.
Gus Dur mengatakan hal itu didampingi putrinya, Zanubah Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid, dalam konferensi pers di ruang kerjanya di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya, Jakarta, Ahad (18/1).<>
Menurut Gus Dur, genjatan senjata ditujukan agar rakyat Gaza, Palestina, segera memperoleh bantuan makanan dan obat-obatan. Sebab, sejak agresi militer Israel ke Gaza pada 27 Desember 2008 lalu, bantuan dari luar negeri sangat sulit masuk.
”Yang butuh berunding itu Hamas. Dia (Hamas dan rakyat Gaza) butuh makanan, butuh obat-obatan. Israel, sih, tenang-tenang aja, seperti dulu,” terang Gus Dur yang juga mantan ketua umum PBNU itu.
Namun, Gus Dur mengingatkan kepada Hamas agar melibatkan Fatah (faksi politik lainnya di Palestina) jika hendak berunding dengan Israel. "Ada baiknya Hamas dalam melakukan perundingan dengan Israel mengajak Fatah, karena sama-sama dalam satu wilayah," pungkasnya.
Israel telah mengumumkan gencatan senjata dengan Hamas mulai pukul 02.00 waktu setempat Ahad (18/1). Israel mengklaim kondisi di Jalur Gaza saat ini sudah sesuai dengan kondisi yang diinginkannya. Namun, gencatan senjata itu dilakukan sepihak tanpa melibatkan Hamas.
Hamas menolak gencatan senjata itu dan berjanji akan terus berjuang sampai pasukan Israel benar-benar ditarik mundur dari Jalur Gaza. Pasalnya, Hamas menginginkan gencatan senjata dengan syarat Israel harus membuka blokade perdagangan yang selama ini dilakukannya di Jalur Gaza.
Hamas juga ingin penarikan pasukan Israel secara penuh, yang melakukan penetrasi ke Gaza pada 3 Januari 2009. Kepala Biro Politik Hamas, Khaled Meshal, mengatakan, pihaknya siap menghadapi kemungkinan terburuk apabila pertempuran dilanjutkan.
Sepanjang Sabtu (17/1), Israel tak henti melancarkan serangan udaranya di titik-titik yang diklaim sebagai fasilitas Hamas. Serangan menambah korban warga sipil. Tercatat hingga hari ke-22, total korban hampir mencapai 1.200 orang. (rif)