Ketua Umum Dewan Syura DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyatakan bangsa Indonesia tak boleh mengorbankan kedaulatannya untuk membela kepentingan negara lain, seperti Singapura.
Menurutnya, globalisasi memang membuka ruang persaingan terbuka bagi semua negara. Namun, mesti dilakukan dengan mengedepankan kepentingan bangsa sendiri. Demikian dilaporkan Kontributor NU Online di Kuala Lumpur, Malaysia, Hilmy Muhammad Hasbullah.<>
Gus Dur mencontohkan kasus kepemilikan saham silang kelompok usaha asal Singapura: Temasek di Telkomsel dan Indosat, pada periode 2003 dan 2006. Menurutnya, kasus yang mengharuskan Temasek membayar denda sebesar Rp25 miliar dan menurunkan tarif layanannya sebesar 15 persen itu tak boleh terulang lagi.
“Jangan sampai terulang lagi kasus penjualan pasir dari Riau untuk keperluan perluasan wilayahnya (baca: Singapura, Red),” tegas Gus Dur dalam acara pelantikan Dewan Pengurus Cabang Perwakilan PKB Malaysia, di Aula Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Ahad (23/12) kemarin.
“Kepemimpinan nasional, oleh karena itu, mesti tegas dan berani. Ia tidak boleh dipegang oleh orang yang penakut dan tidak bisa melindungi rakyatnya,” tambah mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu.
Acara bertajuk “Ngaji Bareng KH Abdurrahman Wahid” yang diikuti ratusan simpatisan PKB di Negeri Jiran itu juga dihadiri Sekretaris Jenderal DPP PKB Zanuba Arifah Hafsah Wahid dan Ketua DPW PKB DKI Jakarta Muslim Abdurrahman.
Presiden RI ke-4 itu juga mengkritik arah pembangunan nasional yang dianggapnya tidak jelas. Pembangunan, katanya, hanya berorientasi kepada orang-orang kaya, belum dapat dinikmati masyarakat luas. Tidak ada kebijakan yang jelas mengenai pengelolaan dan perlindungan sumber alam, seperti produk hutan, pertambangan dan hasil laut.
“Bagaimana mungkin kita dapat menjaga hasil laut kita, kalau kapal kita selalu kalah cepat dengan kapal-kapal pencuri,” ungkap Gus Dur.
Tentang masalah-masalah internasional, Gus Dur menekankan pentingnya menjaga kedaulatan bangsa. Kedaulatan penuh atas dirinya sendiri untuk menghindarkan bangsa agar tidak diejek bangsa lain. (rif)