Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustafa Bisri (Gus Mus) mengingatkan seluruh warga NU untuk menerapkan sembilan pedoman berpolitik dalam menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2009.
Sembilan pedoman berpolitik warga NU tersebut, di antaranya, berpolitik bagi NU, mengandung arti keterlibatan warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara menyeluruh sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.<>
Politik, bagi NU, kata Gus Mus, adalah pengembangan nilai-nilai kemerdekaan yang hakiki dan demokratis, mendidik kedewasaan bangsa untuk menyadari hak kewajiban dan tanggung jawab untuk mencapai kemaslahatan bersama.
"Berpolitik, bagi NU, juga harus dilakukan dengan kejujuran nurani dan moral agama, konstitusional, adil, sesuai peraturan dan norma-norma yang disepakati serta dapat mengembangkan mekanisme musyawarah dalam memecahkan masalah bersama," kata Gus Mus dalam Silaturahmi Nasional Ulama NU di Pesantren Edi Mancoro, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (12/1).
Gus Mus mengingatkan bahwa dalam pedoman berpolitik bagi warga NU juga menyebutkan bahwa berpolitik, bagi NU, dengan dalih apa pun, tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan kepentingan bersama dan memecah belah persatuan.
"Sembilan butir pedoman berpolitik itu sebenarnya indah dan ternyata nasibnya sama dengan sembilan butir Khitah NU. Di luar NU, mendapat sambutan dan sanjungan luar biasa, tetapi di kalangan NU sendiri sekadar dibaca," katanya.
Warga NU, tambah Gus Mus, seolah-olah enggan dan malas menerapkan pedoman berpolitik yang telah dimiliki, sehingga kelakuan politik warga NU yang terjun di politik tidak dapat dibedakan dengan politikus lain yang tidak memiliki pedoman.
Menurut Gus Mus, jika warga NU yang tidak melek huruf dan tidak membaca pedoman berpolitik mungkin bisa dimaklumi, karena mereka belum terbiasa dengan budaya baca dan tidak tertarik dengan persoalan politik.
"Jika elit NU yang memiliki semangat politik tidak membaca pedomannya sendiri, sama dengan elit NU yang berjalan tidak di atas Khitah-nya. Sebenarnya, mereka awam tentang NU atau awam tentang politik, atau justru awam tentang keduanya," tegasnya.
Acara Silaturahmi Nasional Ulama NU itu, diikuti sekira 300 kiai, di antaranya, dari Jawa Barat KH Mukhlas Dimyati dan KH Tantowi Musadad; dari Jawa Timur KH Miftakhul Akhyar dan KH Aziz Mansur; dari Yogyakarta KH Asyhari Abta dan KH Najib Abdul Qodir; dan dari Jateng KH Dimyati Rois, KH Mahfud Ridwan, dan KH Masruri Mugni. (ant/man)