Kalangan muda Nahdlatul Ulama (NU) akan mengadakan pertemuan rutin setiap tahun dalam momen Hari Lahir (Harlah) NU. Pertemuan bertajuk "Halaqah Kaum Muda NU se-Indonesia” akan membincang persoalan-persoalan penting terkait kiprah sosial-kemasyarakatan NU, terutama yang luput dari garapan para pengurus NU di Berbagai tingkatan.
Demikian dikatakan aktivis dan pemikir muda NU Marzuki Wahid kepada NU Online, Jum'at (8/2), usai penyelenggaraan "Halaqah Kaum Muda NU se-Indonesia” di Cirebon dalam rangka peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-82 NU.
<>
Kalangan muda NU berkumpul di Pondok Pesantren Khatulistiwa, Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Rabu (6/2) lalu. Para perwakilan kelompok muda NU se-Indonesia hadir dalam acara ini.
Menurut Marzuki, halaqah tidak berpretensi memberikan rekomendasi resmi kepada para pengurus NU. Para kader muda NU hanya mengadakan sharing, saling "berkeluh kesah" dan ditutup dengan pagelaran seni dan tradisi NU.
Halaqah menyemangati, lima orang untuk melaksanakan halaqah berikutnya, masing-masing Imam Aziz, Marzuki Wahid, Bisri Effendi, Hamami Zada dan Rumadi. Rencananya, halaqah tahun depan akan diadakan di Jawa Timur.
Pengasuh Pondok Pesantren Pondok Pesantren Khatulistiwa Kempek Syarif Usman Yahya (Ayip usman), dalam kesempatan itu mengatakan, dirinya sangat mendukung lanmgkah anak-anak muda NU yang mau memperdulikan dan mengayomi warga di tingkat ekonmi lemah.
Dikatakanya NU semestinya kembali kepada kejelasan arah perjuangan.
"Warga NU di daerah-daerah banyak yang mencalonkan dr menjadi kepala daerah atau menjadi calo-calo pilkada. Inilah yang ternyata menyeret NU secara kelembgaan dan menjdikan NU sebangai ladang politik praktis. Ini benar-benar memprihatinkan," katanya.
Dikataknnya, dahulu warga NU pernah mendrikan lembaga-lembaga ekonomi yang ternyata sekarang tidak berjalan. Dulu Nahdhatut Tujjar ada organisasi kebangkitan ekonomi kaum santri menjelang berdirinya NU.
"Ini bukan karena orang-orang NU tidak bisa mengembangkan usaha ekonomi, namun rupanya para usahawan kita jarang sekali yang bermoral dan menjalani sistem seperti para pendahulu kita di Nahdhatut Tujjar," katanya.
Para ulama dapat diminta kembali mengayomi masyarakat, bukan justru menghimpun kekuatan massa rakyat untuk kepentingan segelintir elit.
"Saya harapkan para pengurus NU kembali menengok masyarakatnya yg saat ini sedang sangat membutuhkan uluran kepedulian para pemimpinnya," kata Ayip Usman.
Hadir dalam halaqah itu beberapa budayawan NU antara lain Ahmad Tohari, Acep Zamzam Noor, peneliti budaya Humaidi (Kalimantan Selatan), Bisri Efendi (Jakarta), dan Syubbanuddin Alwi (Cirebon). (nam/min)