Warta

Hasyim Ajak Perkuat Ekonomi Nahdliyin

Sabtu, 9 Juni 2007 | 09:33 WIB

Surabaya, NU Online
Ketua Umum PBNU, DR KH A Hasyim Muzadi, mengajak kepada seluruh kaum Nahdliyin untuk memperkuat organisasi dan jamiyahnya. Itulah salah satu topik yang disampaikan oleh Ketua Umum dalam pertemuan antara PW, PC, MWC dan Ranting di Kantor PWNU Jawa Timur, Sabtu (9/6).

Pertemuan kali ini adalah road show yang ketiga dari sembilan pertemuan yang digagas PWNU Jatim, diikuti oleh PCNU Sidoarjo, PCNU Surabaya, PCNU Gresik dan PCNU Bawean. Diikuti sekitar 1700 orang ketua Ranting dan MWC, dengan dominasi dari Kabupaten Sidoarjo.

<>

Ia mencontohkan, dalam dua setengah tahun ini PBNU sudah bisa menghidupi dirinya sendiri. Bisa punya kas yang cukup besar, punya tanah di beberapa tempat dan sudah menjalin kerja sama dengan beberapa pihak yang bernilai ekonomis. PBNU bisa bepergian ke mana-mana tidak pernah memakai uang negara atau dengan meminta-minta.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Pengasuh Ponpes Al Hikam Malang ini sangat berharap agar di akhir tahun 2007 ini Wilayah –Wilayah sudah bisa menghidupi diri masing-masing. Lalu pada akhir tahun 2008 Cabang-Cabang sudah bisa melakukan hal yang sama. PBNU sudah memberikan fasilitas kerja sama dengan BUMN, tinggal Wilayah dan Cabang menyambutnya.

“Kalau ekonomi tidak kuat, perjuangan bisa dijual kepada orang lain,” tutur Hasyim. Tak lupa ia mencontohkan gerakan ulama pendiri NU, yang menopang perjuangan Nahdlatul Ulama dengan Nahdlatut Tujjar. Ia juga mengutip kalimat Saiyidina Ali Kw, tentang bahaya kemiskinan yang mendekati kekufuran. “Kufur tidak hanya kufur tauhid, tapi bisa juga kufur nikmat dan kufur muru’ah,” tandasnya. 

Sekjen International Conference of Islamic Scholars itu mengakui saat ini banyak ekonomi Nahdliyin sedang drop. Penyebabnya karena mereka telah mulai keluar dari akar yang dibangun oleh para pendiri. Karenanya ia mengajak kepada seluruh warga NU untuk bangkit kembali membangun ekonomi mereka. “Sebab ekonomi itu untuk menyangga derajat para ulama,” tuturnya.

Hasyim yang saat itu baru saja datang dari Cina, belum sempat mampir kantor PBNU maupun kediamannya di Malang, mengaku iri dengan semangat yang dimiliki orang Cina. Sekadar contoh, kalau dalam setiap rumah ada sepuluh orang, maka yang bekerja sembilan orang, satu di rumah. Sedangkan di Indonesia malah sebaliknya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Hal lain yang menjadi kecemburuan Hasyim dari negeri Tirai Bambu itu, orang Cina suka berjalan kaki atau naik sepeda pancal untuk melaksanakan aktifitas keseharian. Kalau sedang bepergian lebih suka naik angkutan umum. Sementara pemandangan yang terjadi di Indonesia malah sebaliknya. Orang tidak mau bersusah-payah, tapi ingin hidup enak.

Di akhir sambutannya, Hasyim memperkenalkan majalah baru milik PBNU, namanya Ar-Risalah. Tak lupa, ia mengajak kepada seluruh warga NU untuk berlangganan majalah tersebut. Lebih dari itu, mengajak agar budaya dengar yang selama ini melekat pada kaum Nahdliyin ditingkatkan derajatnya menjadi budaya baca. Perlahan-lahan nantinya akan ditingkatkan lagi menjadi budaya pikir, lalu menuju budaya riset. (sbh)


Terkait