Pasuruan, NU Online
Demonstrasi anti Syiah yang dilakukan oleh sekelompok pemuda yang menamakan diri Himpunan Angkatan Muda Ahlussunnah (Hamas) di Bangil, Pasuruan, Jumat (20/4) kemarin langsung mendapat reaksi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Jumat malam, Ketua PBNU Hasyim Muzadi pun langsung berkunjung ke Pasuruan.
Malam itu, Hasyim menggelar pertemuan mendadak dengan sejumlah tokoh dan ulama se-Kabupaten/Kota Pasuruan. Turut dalam pertemuan yang berlangsung di rumah Wakil Bupati Muzammil Syafi’i itu, 20 ulama dari NU kabupaten dan Bangil, serta 10 ulama dari NU kota dan MUI.
<>Wabup Muzammil membenarkan terjadinya pertemuan mendadak dengan Hasyim itu. Menurutnya, pertemuan itu sengaja digelar untuk membahas masalah aksi unjuk rasa beberapa jam sebelumnya.
Tidak banyak yang disampaikan Hasyim dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam itu. Hanya, kepada para ulama yang hadir, Hasyim banyak mengupas tentang historisitas beberapa kelompok Islam. “Mulai dari Khowarij, hingga Syi’ah yang sekarang ini,” kata Muzammil menjelaskan isi pertemuan itu.
Namun begitu, dalam pertemuan yang berlangsung singkat itu, Hasyim juga sempat menyatakan kecewaannya atas aksi yang berlangsung beberapa jam sebelumnya. “Beliau menyesalkan soal aksi itu. Mestinya, itu tidak perlu terjadi,” jelas Muzammil.
Menurut Hasyim, aksi itu dinilai tidak sesuai dengan iklim demokrasi seperti sekarang ini. Apalagi, itu dilakukan di tengah upaya PB NU untuk merintis perdamaian antara kedua kelompok (Sunni-Syiah) itu.
Karena itu, Hasyim juga sempat menyinggung keputusan pemerintah RI yang meratifikasi resolusi PBB atas dijatuhkannya sanksi terhadap Iran. “Itu sama saja dengan menghambat upaya kita untuk mendamaikan dua kelompok yang bertikai itu,” terang Wabup menirukan pernyataan Hasyim.
Dalam kesempatan itu, Hasyim juga meminta kepada seluruh Jamiyah NU untuk bisa berfikir rasional dan realistis. Kalau toh ada hal-hal yang dianggap berbeda, hendaknya itu diselesaikan dengan duduk bersama. “Perbedaan itu kan tidak bisa diselesaikan dengan pertengkaran,” kata Hasyim dalam pertemuan itu.
Yang terpenting, bagi Hasyim adalah bagaimana NU membentengi dirinya dari faham-faham yang itu dinilai tidak benar. “Sebab, tidak mungkin kita memadukan dua aqidah yang saling berbeda,” jelas Hasyim.
Karena itu, kalaupun dimungkinkan duduk bersama, maka konteksnya bukan lagi untuk memadukan aqidah, melainkan agar semua pihak bisa saling menghargai setiap perbedaan itu. Apalagi, itu terkait ajaran aqidah. “Yang terpenting, bagaimana menjaga daerah ini tetap kondusif,” tandas Wabup Muzammil.(gpa/bin)