Semarang, NU Online
Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1427 H akan jatuh pada hari Ahad, 31 Desember 2006. Dipastikan semua ormas Islam di Indonesia akan menjalankan shalat Idul Adha secara bersamaan karena semua hasil hisab menunjukkan bahwa pada tanggal 29 Dzulqa’dah bulan masih berada di bawah ufuk.
“Dengan demikian rukyat pada tanggal 29 malam itu tidak akan berhasil, bulan Dzulqa’dah akan diteruskan sampai 30 hari” kata Koordinator Bidang Pendidikan dan Pelatihan Lajnah Falakiyah pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ahmad Izzuddin kepada NU Online di sela-sela acara Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Nasional Pelaksana Rukyat NU di komplek Masjid Agung Semarang Jawa Tengah, Senin (18/12).
<> Jika pun ada tim rukyat yang melihat bulan pada tanggal 29 Dzulqa’dah, kata Izzudin, hasil rukyat itu tidak akan diterima. Berdasarkan kaidah, hasil rukyat tidak akan diterima jika semua ahli hisab menyatakan bahwa para hari itu bulan tidak mungkin bisa dirukyat, alias masih berada di bawah ufuk.Menurut Izzuddin, perbedaan malah dimungkinkan terjadi pada penentuan hari raya Idul Fitri tahun depan (1 Syawal 1428 H) karena posisi bulan menurut berbagai metode hisab sangat variatif antara -0 derajat sampai 3 derajat.
“Maka Diklat ini mejadi satu upaya untuk mengatasi perbedaan itu. Dari Diklat ini kita bisa mendapat banyak pengetahuan, termasuk koreksi diri apakah metode yang selama ini dipakai benar-benar akurat,” kata Izzudin.
Pada bulan Maret nanti para ahli falak NU, termasuk para kiai sepuhnya, akan mengadakan halaqoh di Jakarta untuk membahas beberapa persoalan penting dalam bidang hisab dan rukyat.
Menurut Rais Syuriah PBNU KH. Makruf Amin, pihak syuriah PBNU yang membawahi Lajnah Falakiyah juga menunggu masukan dari para peserta dan pakar yang mengikuti Diklat Falakiyah yang diadakan selama seminggu itu. (nam)