Jakarta, NU Online
Pengamat televisi dan budaya massa Veven SP Wardhana, di Jakarta, Senin, mengatakan tayangan infotainmen tetap menjadi tren dan mendominasi tayangan televisi pada 2007.
Infotainmen tidak akan tergeser program lain karena masyarakat saat ini mengalami kejenuhan pada berita politik di media massa yang cenderung hanya wacana dan kata-kata belaka.
<>"Tanpa realisasi dari wacana itu maka masyarakat akan bosan dan cenderung memilih tayangan yang lebih ringan dan menghibur, dalam hal ini infotainmen," kata Veven saat menjadi pembicara dalam seminar bertema "Apakah Infotainmen itu Jurnalisme?" di Universitas Paramadina, Jakarta.
Infotainmen, lanjutnya, akan semakin mendominasi tayangan televisi karena jam tayangnya terus ditambah seiring dengan rating penonton yang tinggi. "Stasiun televisi akan menggarap tayangan yang dari segi rating selalu ada di tingkat atas. Pada kenyataannya berdasarkan rating televisi saat ini, tayangan infotainmen masih menempati posisi atas sehingga semua stasiun televisi berupaya lebih sering menghadirkan tayangan itu untuk meraih iklan," kata Veven yang juga menulis beberapa novel.
Meski menjadi tren, Veven yang juga mantan jurnalis itu berpendapat jurnalisme dalam infotainmen belum menyentuh kepentingan publik sehingga belum bisa dikatakan sebagai produk jurnalistik.
Tayangan yang disajikan di layar kaca, kata dia, masih seputar gosip artis, perselingkuhan, dan perceraian yang menempatkan perempuan sebagai korban.
Sementara itu di tempat yang sama, bintang film yang kerap menjadi kejaran wartawan infotainmen, Dian Sastrowardoyo mengatakan infotainmen di Indonesia harus mulai menyentuh kepentingan publik salah satunya yang mengangkat persoalan budaya dan kesenian.
"Saya ingin infotainmen tidak melulu kehidupan pribadi selebritis. Kembangkan saja acara kesenian di Gedung Kesenian Jakarta, atau siapa musisi yang mengeluarkan album baru dan dikupas tentang proses kreatifnya," kata Dian yang juga menjadi pembicara dalam seminar tersebut.
Dian yang pernah menyelami dunia jurnalistik saat menjadi wartawan dalam sinetron "Dunia Tanpa Koma" mengatakan jurnalisme infotainmen selama ini hanya mengangkat opini artis yang diwawancarai, dan tidak banyak bermanfaat bagi masyarakat.
"Infotainmen menjadi sebuah berita bila memiliki nilai yang bisa diberikan dan berguna untuk kepentingan masyarakat. Bila infotainmen hanya memasukkan opini saja berarti itu bukan berita," katanya.
Sebelumnya dalam Munas NU di Surabaya akhir Juli lalu, PBNU mengharamkan infotainment yang mengandung ghibah. Keputusan tersebut telah menimbulkan perdebatan public yang cukup hangat dalam masyarakat. (mkf)