Tangerang, NU Online
Komitmen Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) untuk berkonsentrasi pada dunia pendidikan tampaknya bukan omong kosong belaka. Organisasi berbasis pelajar NU ini, Kamis (14/9) malam kemarin memberikan penghargaan kepada Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso (Bang Yos) atas komitmennya terhadap pengembangan dunia pendidikan terutama di propinsi yang ia pimpin.
Sebagaimana diketahui, di bawah kepemimpinan Bang Yos, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta telah merealisasikan amanat Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yakni pemenuhan anggaran 20 persen dari APBN/APBD untuk pendidikan. Bahkan di tahun 2006 ini, anggaran pendidikan DKI Jakarta telah mencapai 21 persen. Bang Yos menjadi satu-satunya gubernur di Indonesia yang telah menjalankan amanat UUD tersebut.
<>Acara bertajuk “Malam Anugerah Pejuang Pendidikan” yang dirangkai dengan Pelantikan Pengurus Pusat IPNU dan IPPNU (Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama) masa khidmat 2006-2009 itu digelar di Pondok Pesantren (ponpes) As-Shiddiqiyah, Batuceper, Tangerang, Banten. Hadir pada kesempatan itu, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Saifullah Yusuf, anggota DPR-RI Taufiqurrahman Saleh dan Abdullah Azwar Anas serta sejumlah mantan aktivis IPNU lainnya.
Usai menerima penghargaan, Bang Yos mengungkapkan, dirinya benar-benar menyadari pentingnya pendidikan bagi nasib generasi bangsa mendatang. “Jumlah rakyat Indonesia yang banyak jika tidak terdidik maka tidak akan produktif. Kemajuan Indonesia ditentukan oleh mutu pendidikan sekarang. Oleh karena itu, kami memberikan prioritas tinggi kepada dunia pendidikan,” terangnya.
Tidak hanya itu. Terdapat juga insentif sebesar Rp 2 juta di luar gaji bagi guru PNS di DKI Jakarta. “Tahun depan (2007, red) kami mengusulkan tambahan insentif lagi sebesar Rp 1 juta. Mudah-mudahan disetujui oleh DPR. Kalau tidak, ya Rp 500 ribu saja,” kata Bang Yos.
Selain Bang Yos, terdapat empat tokoh yang juga turut meraih penghargaan bergengsi tersebut. Antara lain, Prof Dr I Gde Winasa (Bupati Jembrana, Bali), KH Noer Muhammad Iskandar SQ (Pengasuh Ponpes As-Shiddiqiyah, Jakarta), Drs Bahruddin (Direktur SMP Alternatif Qoryah Thayyibah, Salatiga, Jawa Tengah) dan Dr Arief Rahman (Pakar dan Praktisi Pendidikan)
Prof Dr I Gde Winasa menerima penghargaan tersebut karena di bawah kepemimpinannya, sejak tahun 2001, Kabupaten Jembrana telah menerapkan wajib belajar 12 tahun secara gratis bagi anak usia sekolah. Dari sekitar 400 kabupaten dan kota se-Indonesia, Jembrana terbukti lebih progresif dalam pengembangan pendidikan.
Sementara itu, KH Noer Muhammad Iskandar SQ dinilai berhasil menggerakkan pendidikan pesantren dan mengawinkannya dengan pendidikan formal. Saat ini, telah berdiri 8 cabang Ponpes As-Shiddiqiyah di wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan ribuan santri dari segala penjuru tanah air. Keberhasilannya mengembangkan pesantren di ibukota negara juga menjadi penilaian tersendiri.
“Sedikit banyak, berkat beliau (KH Noer Muhammad Iskandar SQ, red) masyarakat tidak lagi memandang sebelah mata kepada pondok pesantren. Pesantren tidak hanya pendidikan non-formal agama saja,” kata Ketua PP IPNU Idy Muzayyad dalam sambutannya.
Drs Bahruddin, pendiri sekaligus pengembang sekolah alternatif yang dekat dengan umat di daerah Salatiga, Jawa Tengah. Penghargaan diberikan kepadanya karena sekolah tersebut menerapkan pola “pembebasan” dan “pencerahan” yang unik bagi peserta didik, plus pemanfaatan teknologi komunikasi mutakhir meski berlokasi di pedesaan.
Sedangkan kepada Dr Arief Rahman, PP IPNU menilai, tokoh yang juga Kepala Pengembang Pendidikan Labschool ini merupakan sosok yang konsen dengan dunia pendidikan. Kiprahnya dalam bidang pendidikan di tingkat internasional, yakni menjadi Ketua Harian Nasional Indonesia untuk UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) sejak tahun 2001. (rif)