Warta

Islam Harus Adaptable Terhadap Zaman

Selasa, 27 Desember 2005 | 04:31 WIB

Jakarta, NU Online
Islam dimasa datang harus bisa lebih "fluid" dan "adaptable" terhadap zaman. Islam dapat berperan besar dalam membentuk zaman. Selagi para tokoh muslim bisa mengemas Islam sesuai dengan tuntutan zaman. Skenario optimis akan menempatkan Islam menjadi salah satu agama alternatif yang paling cocok di era virtual.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Perhimpunan Pelajar UK periode 2004-2—5, PhD student in Construction Management, University Northumbria, Newcastle Upon Tyne, dalam seminar sehari yang bertemakan "Khazanah Islam Klasik dan Peradaban Islam" di Central Mosque Regent Park, London yang diselenggarakan oleh pengurus NU UK pertengahan awal Desember lalu.

<>

Menurut pandangan pribadi Suyanto, ia melihat bahwa dunia Islam secara kualitas akan menjadi lebih maju dan bisa menawarkan kesegaran baru bagi masyarakat yang mulai menemukan kehampaan dunia.

Sebelumnya Suyanto menjelaskan wajah dunia di era globalisasi dimana dunia menjadi semakin kecil.Thomas Friedman dalam bukunya "The World is Flat" mengambarkan dunia kita ini serasa semakin menjadi rata akibat dari globalisasi.

Suyanto tidak setuju seratus persen dengan seluruh pemikiran Thomas Friedman itu, namun bagaimanapun Friedman mengambarkan fenomena dunia kita di abad 21 itu cukup masuk akal. Dimana disebutkan bahwa kendaraan yang membawa globalisasi telah berubah selama tiga periode.

Periode pertama dimana globalisasi diageni oleh negara yaitu ketika bangsa-bangsa yang kuat pada zaman kolonial mulai menjelajahi dunia. Kebudayaan Eropa menjadi bagian dari sebagian besar bangsa-bangsa di dunia.

Sejak selesainya perang dunia kedua Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terbentuk dan bangsa-bangsa di dunia sepakat agar semua bangsa mempunyai hak untuk merdeka dan penjajahan tidak dibenarkan lagi. Sejak itu agen globalisasi kedua muncul, yaitu melalui corporasi.

Corporasi-corporasi besar mulai menglobal melewati batas negara. Bahkan menurut laporan dari corporations.org, data tahun 2000 menunjukkan bahwa dari 100 entitas ekonomi terbesar di dunia, 51 nya adalah perusahaan multinasional dan sisanya 49 negara. Ini menunjukkan dalam dunia globalisasi corporasi bisa lebih powerful dari pada negara.

Namun adanya revolusi dalam bidang IT telah memungkinkan dunia menjadi semakin global dan agen globalisasi beralih ke level individu. Globalisasi pada tingkat individu atau grup kecil menandai wajah globalisasi abad ke 21 dan inilah yang lebih powerful membuat dunia menjadi flat.

Inilah yang menjadi ciri dan wajah dunia, globalisasi sudah menyentu pada lapisan terdalam yaitu lapisan individu-individu bukan pada tingkat corporasi atau country lagi. "Jika kita mengimpikan Islam untuk menjadi kekuatan penting di dunia, dan menjadi alternatif bagi masa depan Indonesia, maka Islam harus mengerti akan trend ini.

Dan sudah bukan waktunya lagi meng Islamkan negara-negara, bukan pula saatnya mengislamkan corporasi. Islam cukup di dalam pribadi setiap orang, karena pengontrol dunia di masa depan berada ditangan individu-individu bebas yang tidak mempunyai ikatan dengan negara atau perusahaan tertentu, tapi punya jaringan luas.

Disinilah Islam bisa mengambil peran sebagai jaringan penghubung atau perekat komunikasi, demikian Ketua Umum PPI UK Suyanto Mahdiputra.

Sumber : http://fredhoo.com


Terkait