Suhu politik di arena penyelenggaraan Konferensi Wilayah (Konferwil) Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Tengah di Pondok Pesantren Al-Hikmah, Kabupaten Brebes, mulai menghangat. Pasalnya, kandidat ketua tanfidziyah Pengurus Wilayah NU mengerucut pada dua nama, yakni Ali Mufiz dan Mohamad Adnan.
Nama pertama yang kini menjabat Gubernur Jateng, disebut-sebut kuat karena dinilai sebagai figur yang mampu memajukan NU Jateng. Ali dianggap sejumlah tokoh NU akan membawa perbaikan dan kemaslahatan bagi warga NU setempat.<>
Wakil Ketua PWNU Jateng, Ahmad Anas, mengatakan, Ali sangat berpeluang menjadi ketua hingga lima tahun mendatang. "Visi kepemimpinan Pak Ali Mufiz sudah sangat jelas. Selama menjabat gubernur, manajemen kepemimpinan dan sikapnya kepada warga Jawa Tengah, tak perlu diragukan, apalagi kepada kaum Nahdliyyin," ujarnya ujarnya kepada NU Online, di sela-sela Konferwil, Sabtu (11/7).
Sumbangsih Ali kepada NU, lanjut Anas, sudah dapat dirasakan warga NU di Jateng secara menyeluruh. “Dengan demikian, tak salah lagi, Ali Mufiz menjadi kader terbaik yang sangat berpeluang menahkodai NU Jawa Tengah,” pungkasnya.
Sementara, kelompok pendukung Mohamad Adnan juga mulai menggalang dukungan tambahan. Adnan yang gagal menjadi wakil gubernur Jateng pada Pemilihan Gubernur 22 Juni lalu, dianggap masih layak untuk kembali menjadi ketua tanfidziyah.
KH Muadz Thohir, mantan Ketua Pengurus Cabang NU Pati, mengatakan, hal terpenting dalam Konferwil itu adalah upaya menghindari penggunaan praktik politik uang. “Agar iklim dalam lokasi Konferwil NU Jawa Tengah ini tetap kondusif,” pungkasnya.
Pengerucutan pada dua nama itu terjadi setelah Abu Hapsin menolak untuk dicalonkan. Abu justru lebih mendukung Adnan untuk kembali memimpin PWNU Jateng periode 2008-2013. "Tidak. Saya enggak mau dicalonkan. Masih ada yang lebih bagus, Kang Adnan (panggilan akrab Mohamad Adnan) itu, lho," ujarnya. (ziz)