Jakarta, NU Online
Kaum Nahdliyyin di Abad 21 tidak lagi diidentikan dengan kaum bersarung yang tinggal di pondok-pondok pesantren pelosok tanah air sambil mendalami kitab-kitab, tetapi kini mereka juga mengenakan pantalon dan berjas serta belajar berbagai disiplin ilmu di Universitas ternama di kawasan Eropa dan juga di Kerajaan Ratu Elizabeth Inggris.
Pepatah berguru ke negeri China ternyata tidak cukup bagi kaum Nahdliyyin, justru saat ini banyak yang menyelesaikan S1 bahkan S2 di Britania Raya sebut saja satu diantaranya DR.Ir Lukman Musa Atmaja yang berhasil menyelesaikan pendidikannya di Birmingham atau DR Muhammad Faqih di Newcastle, DR Aji Hermawan di Manchester dan banyak lagi.
<>Tidak saja pendidikan formal yang menjadi incaran kaum Nahdliyyin ini tetapi juga kursus singkat seperti pelatihan pendidikan manajemen (Education Management) bekerjasama dengan British Council dan Sekretariat International Confrence of Islamic Scholars (ICIS) Divisi Luar Negeri PBNU.
Program Officer ICIS HM Rozy Munir, mantan Menteri BUMN di jaman Presiden Gus Dur mengatakan sejak tahun 2003, PBNU mengirimkan para guru dan pengajar pesantren untuk belajar di Kerajaan Inggris, dimana angkatan pertama sebanyak 20 orang belajar di Islamic Foundation Markfield Leincester yang sangat dikenal, sementara angkatan kedua dan ketiga di Leed University.
Bahkan kaum cerdik pandai Nahdliyyin ini dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi internet mengelar seminar online yang diikuti anggota NU di seluruh negara Eropa dan Timur Tengah selain itu akhir pekan lalu (11/12) pengurus NU UK mengelar seminar sehari yang bertemakan "Khazanah Islam Klasik dan Peradaban Islam" yang diadakan di Central Mosque Regent Park, London.
Seminar sehari yang mendapat sambutan dari masyarakat Muslim Indonesia sekitar 100 peserta yang datang dari berbagai daerah seperti Birmingham, Newcastle, London, Bradford, menampilkan pembicara tamu Prof Dr Muhammad Zainy Uthman, ustadz dari Malaysia yang tengah menimbah ilmu di Oxford University sebagai visiting fellow, Oxford Centre for Islamic, Oxford.
Khazanah dan Peradaban Islam
Menurut Prof Zainy, Islam dan pembentukan peradaban dunia bermula dengan adanya gerakan rohaniah yang meresap pandangan hidup Islam dalam jiwa yang bermula dari zuhur Islam itu sendiri sebagai sebuah agama rahmat keseluruh alam.
"Tidak ada lagi zaman yang lain selepas kemunculan Islam," ujar Ujar Prof Zainy yang masih sangat belia itu menambahkan bahwa dengan bersumber ke Al Quran dan Sunnah Rasul SAW, Islam jadi satu kekuatan besar yang melimpahkan rahmatnya dari tanah Arab yang kering dan berdebu menjadi hijau dan subur.
Bahkan terus merambat ke berbagai penjuru dunia, dari Bumi Farsi yang sekarang dikenal dengan Iran melintasi Bilad al-Sham menjakup Jordania, Syria dan Irak yang pernah dijajah imperium Romawi sampai ke Mesir dan Bilad al-Sudan atau Afrika dan terus menyeberang ke Mawara al-Nahr negara yang kini bernama Turkmenistan, Uzbekistan dan Georgia ke Al-Hind yang kini dikenal dengan India tempat para ahli ilmu alam Islam.
Peradaban Islam ini akhirnya menginjak Tanah Besar China dan seterusnya ke Bilad al-Jawi yang lebih dikenal dengan Tanah Melayu yang mencakup semenanjung Malaysia, Borneo, Indonesia, Philipina, dan sebagian dari Thailand dan Kamboja.
Merambahnya Islam kesemua tempat sekaligus membawa perubahan alamia kepada keilmuan, peta dunia, ekonomi, politik dan sosial dan budaya dunia ketika itu. Jalan-jalan perdagangan menjadi garis penentu yang memisahkan bandar-bandar utama di dunia, ujarnya menambahkan sekaligus memperkaya peradaban dan juga bahasa.
Berkembangnya Islam di benua Parsi telah menukar agama dan bahasa ibunda masyarakat Parsi yang dahulunya menyembah api. Sejak saat itu digunakan bahasa dan Istilah dari Al Quran dan hadish begitupun di negara lainnya.
Para awliyah, ulama dan ahli fikir Islam terdahulu menguasai berbagai bidang ilmu sekaligus menguasai berbagai bahasa, demikian Prof Dr Muhammad Zainy Uthman yang menyebutkan dirinya sebagai salah seorang anggota NU dari Malaysia.
Sumber :http://fredhoo.com