Jakarta, NU Online
Mantan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid yang akrab dikenal dengan nama Gus Dur, di Jakarta, Minggu, benar-benar mengkhawatirkan berbagai kebijakan nasional terjebak pada arah keliru karena terjebak disetir pihak barat.
"Yang miskin makin melarat, yang kaya makin kaya. Kebijakan (pemerintahan) selama ini disetir oleh ’super power’ AS," ujarnya lagi.
<>Semua ini, menurutnya, terjadi karena pemerintah seperti kehilangan orientasi pembangunan.
Dalam catatan akhir tahunnya, Gus Dur dengan jelas mengungkapkan rasa kekecewaan mendalam terhadap berbagai kondisi bangsa yang semakin tidak jelas belakangan ini, terutama menyangkut sikap pemerintah menghadapi beragam problem serius, sehingga terkesan cenderung tunduk pada order asing.
Ia juga amat khawatir dengan kemiskinan akan semakin merajalela di negeri ini. Semua ini, menurutnya, terjadi karena pemerintah seperti kehilangan orientasi pembangunan.
Orasi catatan akhir tahun Gus Dur ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional, seperti Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Soetrisno Bachir, Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar, Sutrisno Bachir, Ketua Komisi Yudisial (KY), Busyro M Moqodas, aktor dan politisi Dede Yusuf serta juga Wimar Witoelar.
Selain soal penyetiran oleh pihak Barat, utamanya dari AS, problem kemiskinan yang terus menganga, dan kehilangan orientasi pembangunan, Gus Dur juga mengatakan perlu ditentangnya kekerasan yang mengatasnamakan agama. "Ada yang hilang dalam diri bangsa Indonesia," katanya.
Dalam bagian awal, Gus Dur menyatakan, ada dua hal penting dicatatnya di tahun 2007 ini. Yakni, pertama, kita kehilangan orientasi pembangunan nasional. Dan yang kedua, kata Gus Dur, berlangsungnya kekerasan yang mengatasnamakan agama. (ant/mad)