Warta

Kiai Sahal: NU Membutuhkan Konsep Gerakan Kultural yang Matang

Kamis, 1 Desember 2005 | 02:29 WIB

Pati, NU Online
Agar dapat menghadapi perkembangan politik nasional dan internasional secara strategis dan terarah, maka NU membutuhkan konsep gerakan kultural atau politik kultural. Rumusan politik kultural atau politik kebangsaan ini diperlakukan agar NU bisa mengambil peran lebih aktif dalam memperbaiki dan memajukan bangsa ini sesuai dengan karakter NU yang merupakan karakter dasar bangsa Indonesia. Demikian perbincangan Rais Aam PBNU KH Sahal Mahfud dengan H Abdul Aziz dari NU Online di kediamannya beberapa waktu lalu.

Seruan Kiai Sahal tersebut menurut Abdul Aziz memang sejalan dengan dinamika para aktivis muda NU, yang masih konsisten dengan tradisi NU yang berupaya mengembangkan NU dengan tradisi keaswajaan dan berkarakter keindonesiaan yang selama ini terus berusaha dikembangkan, sebagai gerakan untuk membela tradisi NU dan menghadapi gerakan sekukarisasi dan westerinsasi di NU yang dilakukan olegh beberapa aktivis NU yang berhaluan liberal dan kanan.

<>

Kiai Sahal sendiri merasa sangat prihatin dengan cara berpikir sementara generasi muda NU yang sudah meninggalkan tradisi NU, tidak mengenal lagi doktrin aswaja, bahkan melupakan watak keindonesiaan, sebab mereka walaupun sebagian berasal dari pesantren merasa minder dengan pesantrennya, lalu membuang tradisi pesantren dan memungut semua tradisi Barat.

Oleh karena itu Kiai Sahal juga mengingatkan, agar para kader NU tidak larut dengan tradisi Barat yang sekular, disaranan agar pengiriman santri dan kiai ke Inggris dan Amerika dibatasi dan diperketat prosedurnya. Lebih penting lagi dikaji kepentingannya, kalau sekadar jalan-jalan, apalagi hanya untuk mengagumi kebidayaan Barat, maka pengiriman tersebut tidak memberikan manfaat apa-apa.

Sementara kecenderungan kader yang dikirim,merasa sudah bangga dan merasa menjadi modern dan memisahkan diri dengan lingkungannya, cara berpikir dan bahasanya berbeda, sehingga pikiran mereka berbeda dan tidak bisa dipahami umat.Kemudian mencontohkan jurnal yang ditulis beberapa kader NU itu jauh dari terminologi, kosakata serta citarasa pemikiran NU karena mereka telah membaratkan diri, melalui proses bacaan buku atau kunjungan semacam itu.

Karena itu Kai Sahal sangat mendukung gerakan kader muda NU yang berusaha memperkuat dan membangkitkan tradisi NU, tradisi Aswaja yang berkarakter keindonesiaan. Tradisi itu yang dikembangkan para kiai dan para wali dalam sepanajang hudupnya. Dengan tradisi pemikiran pesantren dan budaya itu NU terbukti malah tidak mengalami stagnasi, bahkan bisa terus menerus melakukan pembaruan dengan metoda atau manhajnya sendiri, sehingga hasilnya lebih orisinal dan lebih relevan dengan kebutuhan bangsa ini.(mm)


Terkait