Butuh waktu lama bagi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) untuk berubah paradigma dan berpenampilan layaknya organisasi Islam lain. Selama ini LDII terkenal berkarakter khas mudah mengkafirkan muslim dari kelompok lain, bersikap eksklusif membedakan diri dengan kelompok Islam manapun.
Mantan Ketua Lajnah Ta’lief wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) Jawa Timur H Thoha Hamim berharap agar ormas-ormas besar seperti NU tidak mudah menaruh curiga pada ormas kecil semacam LDII. “Justru ormas Islam yang besar punya tanggung jawab untuk mendidik, mengarahkan dan mengayomi ormas yang kecil,” katanya ketika ditemui di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surabaya, Kamis (8/3).<>
Sekretaris PWNU Jawa Timur, H Masyhudi Muhtar, menuturkan, bisa jadi perubahan paradigma itu memang murni terjadi karena kebenaran yang mereka temukan. Sebab ia mendengar berita, salah seorang dari keluarga “Ahlul Bait” LDII tekun mengadakan penelitian tentang aliran ini sejak setahun yang lalu.
Tak tanggung-tanggung, mereka rela tinggal Saudi Arabia dalam waktu relatif lama untuk mencari jejak para guru Hasan Ubaidah Lubis (pendiri LDII), sekaligus merunut keabsahan “sanad” keilmuannya di sana. Sebab disanalah banyak guru Hasan Ubaidah tinggal.
Nah, rupanya orang ini menemukan kebenaran yang lain dari kebanaran yang dianut keluarganya. Bahkan ia menemukan banyak kebohongan di dalam mata rantai keilmuan para guru Hasan Ubaidah. Penemuan itupun dibawa ke dalam forum LDII, maka hebohlah organisasi tersebut. Masyhudi yakin, kalau saat ini LDII menyatakan akan berubah paradigma, erat kaitannya dengan hasil penelitian tersebut.
“Tapi ya tetap saja, waktu yang akan membuktikannya, sebab kalau hanya ngomong kan setiap orang bisa,” tuturnya sambil tersenyum. (sbh)