Jakarta, NU Online
Sastrawan-kiai KH A Mustofa Bisri biasa disapa Gus Mus lewat buku kumpulan cerpen Lukisan Kaligrafi (Penerbit Buku Kompas, 2003) ditetapkan sebagai penerima Hadiah Sastera Mastera 2005 oleh Pemerintah Malaysia.
Hadiah yang diberikan setiap dua tahun sekali itu, sejak 1999, kali ini adalah yang ke-4. Hadiah serupa pernah diterima oleh Kuntowijoyo (alm) lewat novelnya berjudul Mantera Penjinak Ular (Penerbit Buku Kompas). Sebagai penerima Hadiah Sastera Mastera 2005, Gus Mus berhak atas hadiah uang senilai 10.000 ringgit Malaysia.
<>Selain Gus Mus, penerima Hadiah Sastera Mastera 2005 lain adalah Yahya MS (Brunei Darussalam) dan T Alias Taib (Malaysia). Selain ketiga orang yang mendapat hadiah atas karya kreatif itu, ada juga penerima hadiah untuk karya yang bukan kreatif, yang tahun ini diterimakan kepada Jelani Harun dari Malaysia, kata Hasan Alwi, mantan Kepala Pusat Bahasa yang kini bekerja di Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia.
Bakat lukis Gus Mus terasah sejak masa remaja, saat mondok di Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Ia sering keluyuran ke rumah-rumah pelukis. Salah satunya bertandang ke rumah sang maestro seni lukis Indonesia, Affandi. Ia seringkali menyaksikan langsung bagaimana Affandi melukis. Sehingga setiap kali ada waktu luang, dalam batinnya sering muncul dorongan menggambar. “Saya ambil spidol, pena, atau cat air untuk corat-coret. Tapi kumat-kumatan, kadang-kadang, dan tidak pernah serius,” kata Gus Mus, perokok berat yang sehari-hari menghabiskan dua setengah bungkus rokok.
Gus Mus, pada akhir tahun 1998, pernah memamerkan sebanyak 99 lukisan amplop, ditambah 10 lukisan bebas dan 15 kaligrafi, digelar di Gedung Pameran Seni Rupa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Kurator seni rupa, Jim Supangkat, menyebutkan, kekuatan ekspresi Mustofa Bisri terdapat pada garis grafis. Kesannya ritmik menuju zikir membuat lukisannya beda dengan kaligrafi. “Sebagian besar kaligrafi yang ada terkesan tulisan yang diindah-indahkan,” kata Jim Supangkat, memberi apresiasi kepada Gus Mus yang pernah beberapa kali melakukan pameran lukisan.
Pada 4-8 Maret 2003 lalu, Gus Mus menggelar pameran lukisan "Berdzikir Bersama Inul" di Masjid Al Akbar Surabaya (MAS). Salah satu lukisan yang menggambarkan Inul tersebut sempat mengundang kehebohan masyarakat dan sempat terdapat ancaman pembakaran MAS jika lukisan tersebut tidak diturunkan.(mkf/kcm/ti)