Jakarta, NU Online
Ketua PBNU M. Imam Aziz dinobatkan sebagai tokoh multikultural oleh organiasi bernama Islamic Fair of Indonesia (IFI), Ahad 18 Desember 2011, di Jakarta.
IFI merupakan organisasi yang diinisiasi anak-anak muda dari berbagai elemen Islam yang tidak terikat dengan MUI, NU Muhammadiyah, ataupun ormas lain. Penganugerahan award itu merupakan rangkaian acara menjadikan 1 Muharram sebagai hari besar Islam secara nasional.
<>
M. Imam Aziz yang lahir di Pati 1962, meraih penghargaan tersebut karena berhasil mendirikan dan mengembangkan Lembaga Kajian Islam (LKiS) di Yogyakarta. LKiS sudah 15 tahun mengembangkan wacana keislaman yang transformatif dan toleran, khususnya melalui penerbitan ratusan judul buku yang konsisten dengan visi keislaman yang transformatif dan toleran.
M. Imam Aziz LKiS mampu mengembangkan wacana baru dan kritis di kalangan kaum muda dan remaja Islam dan komunitas pesantren hingga ke pelosok-pelosok desa dengan membuat program buku yang harganya terjangkau oleh masyarakat kelas menengah ke bawah.
“Misi LKiS unik, karena ada sisi social business, mirip proyek baru yang dikembangkan oleh Muhammad Yunus di Bangladesh. LKiS mengembangkan binsis sosial yang isinya bukan barang konsumsi, tetapi wacana keislaman. LKiS berhasil mengembangkan wacana sekaligus enterprenership dan membuka peluang bisnis di lini terbawah, yakni di pedesaan dan komunitas,” jelas Aziz pada NU Online.
“Saat ini LKiS mempunyai tiga divisi utama, PT LKiS Pelangi Aksara sebagai anchor penerbitan dan pemasaran buku, Pesantren Kaliopak dan Yayasan LKiS yang mengembangkan pelatihan bagi kaum muda,” papar Aziz yang menempuh pendidikan agama di pesantren dan UIN Sunan Kalijaga.
Selain M. Imam Aziz, IFI juga memberikan penghargaan Chofifah Indar Parawansah (Ketua Umum Muslimat NU) sebagai tokoh penggerak masyarakat, Chairul Tanjung sebagai tokoh pelaku ekonomi, Grup Band Wali kategori Musik, Imam Suprayogo tokoh pendidikan, Yusuf Mansur sebagai dai muda, Yudi Latif sebagai tokoh muda berpengaruh.
“Penghargaan ini untuk teman-teman yang bareng-bareng merintis LKiS, juga komunitas LKiS di seluruh Indonesia,” kata Aziz.
Penulis: Hamzah Sahal