Warta

Mabes Polri: Kejahatan Dunia Maya Mirip Gerakan Politik Transnasional

Rabu, 8 Agustus 2007 | 10:58 WIB

Jakarta, NU Online
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) memperingatkan akan betapa berbahayanya kejahatan yang terjadi di dunia maya (cyber crime). Kejahatan di dunia maya tersebut sama berbahayanya dengan gerakan politik transnasional yang belakangan selalu dikampanyekan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi.

Peringatan tersebut disampaikan Kepala Laboratorium Cyber Crime Mabes Polri Kombes Pol Petrus Reinhard Golose saat menjadi pembicara utama pada Lokakarya “Membangun Habitus Teknologi Informasi di Kalangan Nahdliyin” yang diselenggarakan NU Online di Hotel Sofyan Betawi, Jakarta, Rabu (88)<>

Petrus menjelaskan, bahaya akan kejahatan di dunia maya terjadi karena kejahatan tersebut tidak mengenal batas-batas teritorial sebuah negera. Karena itu, pantas juga jika disebut mirip gerakan politik transnasional yang mengganggu keutuhan sebuah negara yang berdaulat.

“Satu di antara sekian jenis cyber crime adalah terorisme. Bom Bali itu dirancang di Bangkok (Filipina, Red), tapi pelaksanaannya di Bali. Gerakan teroris ini juga menggunakan jaringan internet dalam berkomunikasi dan merencanakan kegiatannya,” terang Petrus kepada para peserta lokakarya yang merupakan para pakar dan peminat Tekonologi Informasi dari kalangan Nahdliyin (sebutan untuk warga NU)

Karena itu, ia memperingatkan kepada NU Online sebagai penyedia layanan informasi keagamaan ke-Islam-an dan ke-NU-an melalui jaringan internet agar memperkuat sistem keamanannya. Sebab, bukan tidak mungkin para pelaku kejahatan dunia maya akan mengganggu sistem keamanan situs resmi PBNU tersebut.

“Jangan sampai terjadi seperti pada situs Partai Golkar yang berhasil dibobol para hacker (peretas, Red) yang foto Pak Jusuf Kalla kemudian diganti foto gorila. Jadi, sistem keamanannya mesti diperkuat, dijaga, jangan hanya ditungguin atau mengandalkan mesin saja,” papar Petrus.

Pada kesempatan itu, ia mengaku bangga pada NU yang hingga kini masih tegas dan setia menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman pengaruh luar yang berpotensi mengganggu NKRI.

“Jangan sampai seperti Bosnia-Herzegovina yang hancur. Mereka awalnya negara besar seperti Indonesia, namun pecah karena tidak membangun persatuan. Mereka lebih membangun teknologi,” ujarnya. (rif)


Terkait