Madrasah Ibtidaiyah NU Baitul Mukminin Kudus terus Berkembang
Rabu, 21 Desember 2011 | 03:46 WIB
Kudus, NU online
Tawa anak-anak tiba-tiba saja bergemuruh selepas melihat si Udin yang basah terkena tumpahan air. Tak menyesal maupun marah, senyum lebar justru menghias wajahnya. Lalu sang pesulap berkostum badut itupun mempersilakan Si Udin turun dari panggung.
Yap, pertunjukan sulap ini memang cukup menghibur siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (MI NU) Baitul Mukminin, desa Getas Pejaten, Kecamatan Jati, Kabupaten Jawa Tengah.
<>
Pertunjukan ini memang sengaja dihelat dalam rangka merayakan hari lahir madrasah tersebut yang kesebelas beberapa waktu lalu.
Selain sulap, acara perayaan harlah ini didahului dengan jalan sehat yang dilengkapi dengan pembagian doorprize. Inilah yang mengundang antusiasme siswa - siswi madrasah tersebut untuk partisipasi hingga akhir acara.
Kepala MI NU Baitul Mukminin Hilman Hamid mengatakan acara ini adalah sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT karena madrasah ini masih tetap eksis untuk menyelenggarakan pendidikan.
“Ini juga sebagai penanda, Madrasah Baitul Mukminin telah memasuki dekade ke dua.”ujarnya.
Ditemui NU Online Senin (19/12), Hilman Hamid menceritakan MINU Baitul Mukminin ini berdiri pada tahun 2000 lalu sehingga keberadaannya merupakan madrasah termuda di kecamatan Jati . Ide pendirian madrasah digagas diantaranya oleh H Nur Alim, Hilman Hamid (kepala madrasah), dan Ahmad Fauzi.
Berdirinya madrasah ini tak bisa lepas dari madrasah diniyah (Madin) Miftahul Huda yang berdiri berkat perjuangan para ulama dan tokoh masyarakat desa Getas Pejaten ini yakni KH Abu Syaeri, Kiai Martidjan, Kiai Baedlowi dan sejumlah tokoh lainnya.
“Madrasah Miftahul Huda merupakan cikal bakal dari pendirian MI NU Baitul Mukminin,” katanya.
Menurut Hamid, hingga sekarang MI NU Baitul Mukminin ini masih menggunakan gedung Madin Miftahul Huda untuk kegiatan pembelajaran.
“Namun berkat kucuran dana pembangunan dan rehabilitasi dari pemerintah, kami telah menambah empat lokal kelas untuk kegiatan pembelajaran dan telah memiliki laboratorium Bahasa,” ujar pria berkulit sawo matang ini.
Dari tahun ke tahun, MI NU Baitul Mukminin ini selalu mengalami peningkatan. Oleh karenanya, Hamid memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada staf pengajar dan pengurus lembaga yang selalu berjuang menghimpun dana dari pemerintah maupun masyarakat guna pembangunan fisik madrasah.
Meski terbilang muda, madrasah ini pun tak mau kalah dengan sekolah-sekolah lainnya, baik yang berlabel negeri ataupun swasta. Beberapa kali memuncaki klasemen atas dalam peraihan nilai terbaik Ujian Nasional dan Ujian Akhir Sekolah.
Tak hanya itu, madarasah ini juga sering menjuarai lomba-lomba seperti porseni dan lainnya.
“Kami sering tampil menyabet gelar di ajang prestisius, dengan bukti fisik berupa piagam penghargaan dan piala yang menghias ruangan kantor madrasah. Inilah bukti keseriusan kami dalam mengelola dan menyelenggarakan pendidikan,” jelas Hamid.
Meski sarat prestasi, penyelenggaraan pendidikan MI NU Baitul Mukminin ternyata menemui banyak tantangan. Salah satunya bersaing dengan beberapa sekolah negeri dan dua madrasah berlabel swasta di desa Getas Pejaten ini. Bayangkan madrasah ini harus membebaskan biaya sekolah jika tetap ingin diminati masyarakat.
“Jadi murid-murid tak dipungut biaya sepeserpun untuk menimba ilmu di sini. Jika tidak kami bisa tak dapat murid,” ujarnya.
Begitu pula biaya operasional gaji guru diambilkan dari kucuran dana BOS dan sejumlah tunjangan pemerintah.
“Memang masalah kesejahteraan guru di sini masih kurang. Tapi kami telah memikirkan hal tersebut, dan semoga tahun yang akan datang bisa teratasi,” harapnya.
Kiat ini terbukti manjur jumlah siswa mencapai sekitar 300an, dan tahun ini sudah mampu mendaatkan 39 siswa didik baru.
“Alhamdulillah ini berkat rahmat-Nya, dan kerja keras guru-guru,” ungkapnya dengan nada sukur.
Ada satu hal yang barangkali menjadi daya tarik madrasah ini adalah ekstrakurikuler drumband. Kegiatan Ekstra drumband ini memang jadi andalan dan daya tarik bagi masyarakat agar mau mendaftarkan anaknya di sini.
“Beberapa kali, marching band diundang pemerintah kabupaten maupun Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kudus untuk tampil di acara-acara seremonial. Bahkan dalam setiap event lomba, marching band tingkat kabupaten atau propinsi, kami menyabet gelar juara,” terangnya penuh bangga.
Tekad menjadikan madrasah yang berkembang maju dan besar, tak pernah surut untuk dilakukan. Berbagai perencanaan mulai disusun, diantaranya membangun kantor dan toilet karena sudah tak layak dan membangun gedung perpustakaan sekolah yang baru.
Pembangunan ruang perpustakaan ini dilakukan karena pentingnya dunia buku bagi penyelenggaraan pendidikan. Apalagi , Fasilitas perpustakaan madrasah sebagai aktifitas intelektual anak-anak kurang mewadahi.
“Perpustakaan bagi kami sangat penting karena dia adalah jantungnya sekolah,” jelas Hamid.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: (Abdul Rochim/Qomarul Adib)