Warta

Mantan Dubes RI Lebanon Usulkan PBNU Bentuk Panitia Kecil

Sabtu, 29 Agustus 2009 | 06:19 WIB

Jakarta, NU Online
Mantan Duta Besar RI di Beirut Lebanon H Abdullah Syarwani SH mengusulkan Pengurus Nahdlatul Ulama (PBNU) membentuk panitia kecil yang akan menyelesaikan kasus pembajakan kitab Sirajut Thalibin karya ulama Nusantara Syekh Ihsan Jampes oleh penerbit Darul Kutub Al-Ilmiyah Beirut Lebanon.

Usulan tersebut disampaikannya kepada NU Online di Jakarta, Jum’at (28/8) menyusul rencana PBNU menyelenggarakan halaqoh khusus terkait kasus pembajakan ini dengan tema besar “Pelesatarian Kitab Karya Ulama Nusantara“ pada pertengahan Ramadhan 1430 H ini.<>

”Jika perlu, tugas panitia kecil diperluas untuk melakukan inventarisasi pendataan kitab-kitab dan karangan ilmiah lainnya dari para ulama dan cendekia Muslim Nusantara yang sudah dikenal di Timur Tengah, khususnya Saudi Arabia atau Mesir dan seringkali belum dikenali di tanah air sendiri,” katanya.

A. Syarwani yang ikut aktif terlibat dalam Tim Khusus yang membahas kembalinya NU ke khittah 1926 pada 1980-an meminta tim PBNU melakukan klarifikasi atau tabayyun terhadap berbagai isu terkait dugaan pembajakan.

”Tabyyun itu adalah cara penyelesaian yang khas NU. Sikap atau cara mengatasi suatu masalah haruslah didahului dengan mempelajari duduk perkara secara cermat. Tabayyun seperti itu adalah cara demokratis di lingkungan kaum Nahdliyyin yang seharusnya tumbuh subur sebagai tradisi,” katanya.

Menurut Syarwani, mengutip pernyataan Mustasyar PBNU KH Muchit Muzadi, kasus pembajakan kitab Sirajut Thalibin oleh penerbit di Beirut, bisa dinilai menguntungkan NU karena mengindikasikan karya ulama-ulama Indonesia ternyata semakin dikenal dan diakui karya tulisnya, apalagi di beberapa negara Timur Tengah seperti Lebanon, Mesir yang selama ini dianggap sebagai “center of excelence “ keilmuan Islam.

Halaqoh terkait kasus ini diharapkan mampu menyelesaikan dugaan pembajakan kitab Sirajut Thalibin secara arief. Apalagi dapat difahami dari awal mulanya, bahwa penulis kitab tersebut, seperti halnya para ulama cendekia Indonesia yang lain hanya berkepentingan tersebarnya buah karangannya tersebar secara luas.

“Dengan tulus, saya berkeyakinan beliau-beliau para ulama dengan karya tulisnya itu hanya mengharapkan ganjaran dari Allah SWT dan nyaris tidak berpikir untuk untuk mendatangkan keuntungan dari produk penjualan kitab tersebut,” katanya.

Ketua Lakpesdam periode pertama ini mengungkapkan, di Lebanon yang nama resminya disebut Al Jumhurriyyatul Lubnaniyah banyak dijumpai ulama-ulama cendekia yang produktif menulis buku dan karangan-karangan ilmiah yang terkenal.

”Penerbit kitab seperti halnya Darul Kutub al-Ilmiyah adalah salah satu penerbit yang cukup dikenal Kamus besar Al Munjid yang merupakan salah satu kamus bhs. Arab yang paling lengkap dan digunakan oleh para ulama terkemuka hampir diseluruh dunia, juga dicetak di Beirut. Meskipun pengarangnya adalah seorang penganut Kristen – Maronet, tetapi omzet penjualannya sangat besar jumlahnya,” katanya.

Kitab lain yang dikategorikan menguntungkan Indonesia, katanya, adalah kitab “Nur wa Zuhur” karangan Shekh Mirdad. Kitab kecil konon khusus menyuguhkan riwayat/ biografi sejumlah ulama cendekia Nusantara yang memiliki reputasi mengajar di Masjidil Haram, Mekkah.

Sejumlah diantaranya adalah sheikh Nawawi Al Banteni, Sheikh Kholil Al Mandurin, dan Sheikh Nahrowi al Banyumasi. Kitab lain lainnya adalah “Limadza ta’akhral muslimun wa limadza taqodimu ghoiruhum“, karangan sheikh Sakib Arselan.

“Kitab ini (Limadza ta’akhral muslimun) ditulis konon untuk menjawab pertanyaan yang amat cerdas seorang santri Indonesia asal Kalimantan Selatan. Shekh Sakib Arselan bukanlah ulama kelompok sunni sebagaimana dikenal, melainkan Amir Bayaan Droeze yang juga diakui sebagai kelompok yang memiliki banyak pemikir dan cendekia,” katanya.

Masyarakat Lebanon sendiri dinilainya cukup menaruh perhatian terhadap literatur keislaman. Contoh sederhana sikap cermat yang dilakukan masyarakat Lebanon misalnya dengan mendirikan museum Kahlil Jibran, seorang filsuf yang semasa uzlahnya mampu menyusun karangan kitab-kitab terkenal seperti Sang Nabi dan lain-lain. (nam)


Terkait