Warta

Masdar : Playboy Bentuk Pelecehan Terhadap Bangsa

Rabu, 25 Januari 2006 | 14:03 WIB

Jakarta, NU Online
Gelombang penolakan terhadap rencana diterbitkanya majalah playboy terus berdatangan. Satu-persatu tokoh gama menyatakan sikapnya. Setelah Sejumlah tokoh, seperti KH. Hasyim Muzadi dan Pror. Dr. KH. Said Agil Siradj, kali ini KH. Masdar Farid Masudi yang melontarkan pernyataan kerasnya.
 
Menurut pria yang kini menjabat sebagai Ketua PBNU  tersebut, diterbitkanya majalah Play Boy di Indenesia adalah bentuk pelecehan terhadap bangsa Indnesia. Sangat ironis sekali, jika yang mempunyai rencana itu justru rakyat Indonesia sendiri. Karena itu, dirinya menolak dengan tegas rencana tersebut.
 
“Inisiatif mamasarkan majalah Play Boy adalah jenis pelecehan bahwa Indonesia adalah Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA). Jika itu keinginan orang lain (asing), mungkin bisa dimengerti, tapi jika keinginan orang Indonesia berarti ironi dan sangat menyedihkan” kata Ketua PBNU, KH. Masdar Farid Mas,udi Selasa (24/1). 
 
Kiai alumni Pondok Peantren Krapyak Jokyakarta ini juga menolak anggapan bahwa terbitnya majalah palyboy di Indonesia adalah bentuk kemajuan zaman modern. Baginya, rencana diterbitkanya majalah playboy sangat sarat dengan kepentingan pihak-pihak yang igin memperkaya diri sendiri dengan menjual moral bangsa.
 
“Saya menolak anggapan bahwa majalah itu adalah itu merefleksikan kemoderenan dan kemajuan zaman. Itu omong kosong dan penipuan belaka. Yang ada adalah kepentingan mengeruk kekayaan atau uang dengan mengekploitir selera rendah yang memang subur di masyarakat kita,” jelasnya.
 
Persoalan majalah Play Boy, kata Masdar, bukanlah persoalan agama tertentu. Yang menjadi permasalahan adalah rusaknya moral bangsa, jika rencana itu diteruskan.“Ini bukan persoalan umat tertentu, tapi persoalan moral dan mentalitas sampah,” tegasnya.
 
Untuk membentuk diterbitkanya, majalah Play Boy versi Indonesia, Masdar mengajak semua pihak, terutama tokoh bangsa yang peduli terhadap moral bangsa untuk menolak secara tegas majalah playboy yang tidak mendidik itu.
 
“Siapa yang punya keprihatinan barang secuil terhadap keterpurukan bangsa yang sudah membusuk ini, tidak mungkin tega membiarkan orang lain menambah tumpukan sampah beracun di sini, seperti majalah Play Boy dan sejenisnya,” ungkap kiai yang juga direktur P3M ini.(amh)


Terkait