Keris adalah senjata pusaka masyarakat suku Jawa sejak berabad-abad silam. Konon keris sudah mulai digunakan oleh penduduk Jawa sejak zaman Singosari. Keris kini mulai dilupakan orang, kecuali sebagai sekedar benda pusaka atau hiasan saja.
Padahal dulunya, selain sebagai barang kesayangan keris adalah senjata pamungkas. sebuah senjata yang sangat terakhir digunakan. Meski memang hanya digunakan oleh kalangan elit saja, namun keris tersebar luas di setiap komunitas masyarakat Jawa.<>
Keris adalah senjata bagi para pemimpin masyarakat Jawa kuno, bahkan hingga pada level masyarakat yang terbawah sekalipun. Keris tidak digunakan sebagai senjata utama, karena fungsi ini lebih dimiliki oleh senjata semacam pedang dan tombak.
"Keris digunakan sebagai senjata sekaligus bukti eksistensi diri. Secara umum, keris berfungsi sebagai tongkat komando. Keris juga sering digunakan sebagai bukti atau lencana bagi seorang utusan penting pada zaman dulu," tutur Pak Zainal salah seorang kolektor keris kuno dan ahli pencucian (penjamasan) pusaka di daerah Kalimalang Jakarta. Dengan profesinya ini, perajin warangka (sarung keris) yang memiliki kios usaha di Pasar Akik Jatinegara ini turut melestarikan budaya warisan para leluhur bangsa Indonesia.
Menurut Pak Zainal yang dijuluki Mpu Metal ini, keris tetap diminati hingga saat ini, meski hanya untuk kalangan terbatas saja. Fungsi yang masih sering dimanfaatkan oleh para pemiliknya sekarang adalah keris sebagai simbol eksitensi. Artinya, orang-orang yang memiliki keris peninggalan zaman dahulu berusaha mengukuhkan dirinya bahwa ia adalah seorang dengan pribadi yang berkualitas. Memang begitulah salah satu kegunaan keris sejak zaman dahulu.
"Selain para pegawai tinggi, pemimpin pasukan, para ulama, pemangku adat dan pemimpin masyarakat, tidak lazim bagi seseorang untuk memiliki keris pada zaman dahulu. Kecuali hanya sedikit dari beberapa orang yang memiliki kualitas kepribadian unggul," terang lelaki yang dijuluki Mpu Metal ini.
Biasanya jenis pemilik terakhir ini adalah orang-orang terpelajar pada masa itu yang mendapatkan keris dari gurunya sebagai tanda bahwa ia telah dilimpahi suatu tanggung jawab mulia. Namun kemudian sang murid menahan diri untuk tidak tampil sebagai pemimpin publik karena alasan-alasan tertentu.
"Pada zaman dahulu, keris yang paling murah dan sederhana sekalipun, sangat tidak lazim dimiliki oleh orang biasa. Karenanya jika seseorang mengaku sebagai bangsawan, padahal dia hidup di desa-desa terpencil, biasanya ia akan menunjukkan keris tertentu sebagai simbol kebangsawanannya," tutur lelaki asal Sumenep ini.
Lambat laun, fungsi keris sebagai pusaka kemudian berkembang, para pedagang mulai memiliki keris sebagai pusaka dan barang kegemaran. Lalu terus berkembang hingga sekarang, di mana keris berfungsi sebagai benda antik yang dikoleksi sebagai kebanggaan. (min)