Warta

Menag: Ibu lebih efektif mendidik keluarga

Jumat, 15 Juli 2011 | 11:10 WIB

Bandarlampung, NU Online
Gerakan Muslimat NU selama ini  telah mengalami kemajuan pesat, terutama dalam bidang ekonomi. Namun, ibu-ibu Muslimat NU diminta tidak melupakan perannya dalam keluarga, yaitu mendidik anak-anak.

Menteri Agama RI, Suryadharma Ali mengungkapkan, setinggi apapun kemajuan yang dicapai, perempuan adalah ibu rumah tangga yang punya tanggung jawab terhadap keluarganya. Bahkan, baik buruknya moralitas anak-anak tergantung peran orang tua, terutama ibu.

<>
"Bahkan peran ibu dalam pendidilkan terbukti lebih efektif. Pendidikan terhadap anak-anak tak bisa hanya mengandalkan sekolah saja," kata Suryadharma Ali saat menjadi pembicara dalam seminar pendidikan di arena kongres Muslimat NU ke-16 di Asrama Haji Bandar Lampung, Jumat (15/7).

Menurutnya, melemahnya peran orang tua dalam mendidik anak membuat banyak hal hilang dari kehidupan masyarakat. Salah satunya kebisaa mengaji usai shalat Maghrib. Parahnya, hilangnya kegiatan mengaji setaip shalat Magrib kini diganti dengan nonton televisi bersama.

"Ada kebisaan yang hilang di masyarakat Indonesia, yaitu ngaji Maghrib diganti magrib nonton TV. Dulu waktu saya masih kecil, ada kegiatan ngaji usai Maghrib. Kalau Magrib belum pulang, orang tua pasti mencari," katanya.

Dengan adanya anak-anak di rumah magrib di rumah, katanya, memungkinkan bagi untuk anak-anak untuk shalat berjamaah bersama orang tua. Pada saat anak-anak di rumah itulah, orang tua bisa menanamkan nilai-nilai moral.

"Juga memungkinkan anak-anak shalat bareng, ngaji bareng dan makan bareng. Di sinilah terjadi transfer pengetahuan oleh orang tau terhadap anak-anak," jelas mantan Ketua Umum PB PMII ini.

Lebih lanjut, Menag meminta ibu-ibu Muslimat di seluruh Indonesia untuk kembali menghidupkan tradisi mengaji usai shalat magrib.  "Di sini dibutuhkan peran ibu-ibu Muslimat dalam upaya menghidupkan ngaji saat mangrib. Saat ini ada ada program Gemar ngaji (gerakan masyarakat mengaji)," jelasnya.

Pada bagian lain, Menag juga meminta ibu-ibu mewaspadai tayangan televisi yang tidak mendidik untuk menciptakan generasi masa depan yang bermoral dan berkualitas. "Tayangan yang menarik itu lebih mengedepankan komersial. Maka bermunculanlah film jin, kuntilanak, anak pocong," katanya.

Menag menambahkan, tayangan yang hanya mementingkan komersial akan meracuni generasi muda. "Anak-anak jangan ditanami pengetahuan yang tak penting. Parahnya ditayangkan waktu mafrib, yaitu saat sholat dan ngaji, belajar dan lain-lainnya. Lebih parah lagi kalau anak nonton dan ibu juga ikut nonton," katanya.

Soal maraknya ajaran sesat di Indonesia, Menag mengungkapkan, fenomena itu muncul karena dakwah Islam yang benar belum merata dilakukan. "Itu bukan kesalahan mereka sepenuhnya, tapi ini kesalahan kita semua, termasuk Muslimat," katanya.

Diakuinya, peran dan kiprah Muslimat dalam bidang dakwah sudah sangat bagus. Namun, harus diakui pula, saat ini kebutuhan masyarakat terhadap dakwah Islam yang benar  cukup tinggi.

"Dakwah Muslimat sudah luar biasa, tapi kebutuhan dakwah masyarakat sangat tinggi. Jadi Muslimat perlu memperluas wilayah dakwahnya," jelas Menag yang juga Ketua Umum DPP PPP ini.

Ditambahkannya, saat kebutuhan terhadap dakwah Islam yang benar kurang, maka masuklah kelompok-kelompok menyimpang dalam wilayah dakwah dengan membawa nama Islam. "Karena yang benar gak ada, yang salah pun akhirnya diterima," katanya.

Pada kesempatan tersebut, atas nama pemerintah, Menag berjanji akan menjalin kerjasama dengan Muslimat NU dalam berbagai bidang. Salah satunya dalam bidang pendidikan dan dakwah.

Kehadiran Menag di arena kongres mendapat sambutan hangat dari para peserta. Hal itu bisa dilihat dari antusiasnya peserya mengajukan pertanyaan terhadap Menag. Bahkan usai acara, ibu-ibu peserta kongres sempat berebut salaman dan foto bersama.

 

Redaktur: Hamzah Sahal

Kontributor: Ahmad Millah


Terkait