Warta

Museum NU Surabaya Simpan Akta Pendirian NU

Jumat, 28 Januari 2011 | 03:41 WIB

Surabaya, NU Online
Museum Nahdlatul Ulama (NU) di Jalan Gayungsari Timur, Surabaya, Jawa Timur, menyimpan akta pendirian NU pada 31 Januari 1926.

"Ada juga dampar (meja kecil) untuk tempat menandatangani akta pendirian NU itu," kata penjaga museum, Zaenal, Kamis.<>

Bahkan, katanya, museum juga menyimpan dokumen surat-surat Koperasi NU "Syirkatul Amaliah" tahun 1918 dan juga surat balasan Raja Hijaz terhadap surat Komite Hijaz yang sama-sama menjadi embrio berdirinya NU.

Selain itu, ada pula foto-foto Sekolah Nahdlatul Wathon di Jalan Kawatan, Surabaya, dan Gedung Tashwirul Afkar yang berdiri tahun 1916 yang juga merupakan embrio berdirinya NU.

"Di museum juga tersimpan surat pengangkatan KH Hasyim Asy`ari (Rais Akbar Syuriah PBNU) dan KH Wahid Hasyim sebagai pahlawan nasional," katanya.

Ada pula foto KH Hasyim Asy`ari saat ditangkap Jepang pada tahun 1944 dan akhirnya dipenjara tiga bulan di Penjara Mojokerto dan tiga bulan di Penjara Koblen Surabaya, karena tidak mau tunduk 90 derajat ke arah matahari.

Selain itu, paspor haji tahun 1904 milik tokoh pengusul nama NU, yakni KH Mas Alwi Abdul Aziz asal Ampel Sawahan, Surabaya, juga ada.

"Kami juga menyimpan fotokopi dari naskah Resolusi Jihad tertanggal 22 Oktober 1945 yang memotivasi arek-arek Surabaya dalam Pertempuran 10 November 1945," katanya.

Tidak hanya itu, fotokopi dari naskah Resolusi Mengutuk Gestapu 5 Oktober 1965, naskah stensilan tentang Khittah Nahdliyyah 1984 stensilan, dan Majalah BERITA NO (Nahdlatoel Oelama) juga tersimpan.

"Lambang NU pertama buatan KH Ridlwan Abdullah serta surban dan jas KH Wahab Hasbullah saat di Kantor PBNU I di Bubutan, Surabaya, juga dapat dilihat di Museum NU," katanya.

Ia mengatakan tasbih, topi, surban, dan jubah hitam milik KH Achijat Chalimy (pengusul Khittah NU 1926) dan seragam Laskar Hizbullah milik KH Hasyim Latief juga ada.

"Kita juga dapat melihat model seragam Fatayat NU tahun 1950, foto pengurus IPNU pusat periode pertama, dan foto kolumnis NU H Mahbub Djunaidi (1933-1995)," katanya.

Museum NU yang diresmikan almarhum mantan Ketua Umum PBNH KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 24 November 2004 itu dibuka untuk umum selama seminggu sejak pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.

"Kalau hari-hari biasa hanya belasan orang yang berkunjung, tapi kalau hari Sabtu dan Minggu bisa beberapa bus pengunjung yang datang," katanya.

Untuk menyambut Hari Lahir (Harlah) ke-85 NU, Museum NU di Surabaya berencana menggelar diskusi buku di lantai atas museum dengan tema tentang Hasan Gipo (Ketua Umum PBNU yang pertama). (ant/mad)


Terkait