Muslim di kota New York, Negara Bagian New York, Amerika Serikat, menuntut pemberlakuan hari libur akademik untuk hari raya Islam. Sejauh ini, baru hari raya umat Nasrani dan Yahudi yang secara umum diliburkan dalam kalender sekolah.
Salah seorang dari warga muslim Kota New York tersebut, Moneeb Hassan (17 tahun). Kasus terakhir, ia harus memilih antara merayakan Idul Adha atau mengikuti ujian nasional di SMA tempatnya bersekolah. Akhirnya, ia memilih keduanya. Mengikuti ujian sebelum melaksanakan salat Idul Adha.<>
“Orang-orang datang ke negara ini untuk kebebasan beragamanya. Kami hanya meminta perlakuan yang adil dan setara," ujar Hassan, dikutip dari Associated Press.
Saat ini, di kota New York hanya hari raya dari agama Nasrani dan Yahudi yang diikuti dengan libur sekolah. Padahal, dicatat survei yang dilakukan Universitas Columbia, New York, ada sebanyak 10 persen dari seluruh murid di kota New York yang beragama Islam.
Pendukung hari libur untuk hari besar Islam beranggapan bahwa dewan sekolah perlu mengadakan libur ini mengingat jumlah muslim di Kota New York yang terus tumbuh.
Anggota Dewan Kota, Robert Jackson, yang juga seorang muslim mengatakan, ia dan sebanyak 80 komunitas di kota itu akan segera memulai mendesak Walikota untuk mendukung hari libur muslim ini. “Kalau walikota menolak, kami akan mempertimbangkan aksi hukum. Diskriminasi bisa jadi alasan kami untuk mengadili Walikota terkait isu ini,” ujar Jackson.
Sementara, Walikota New York, Michael Bloomberg, mengatakan menolak permintaan ini. Pasalnya, ia menilai jika permohonan libur untuk Hari Raya Islam dikabulkan, maka komunitas agama lain di Kota New York juga akan meminta hal serupa.
“Salah satu masalah dengan kota yang beragam seperti ini (New York) adalah kalau kita meliburkan sekolah untuk setiap hari raya, maka tidak akan tersisa lagi waktu untuk sekolah,” ujar Bloomberg.
Sehari kemudian Bloomberg secara tersirat mengatakan akan melakukan peninjauan terhadap permohonan libur sekolah bagi Hari Raya Islam ini. Begitu pun, ia mengaku masih teguh dengan pendirian awalnya bahwa menghormati setiap hari raya keagamaan tidak praktis.
Dukungan untuk hari libur muslim ini juga datang dari Rabbi Michael Weisser dari Free Synagogue di Queens, Kota New York. “Anak-anak (Yahudi) dapat libur pada perayaan Hashanah. Mereka yang berpikiran sehat seharusnya sepakat bahwa Islam yang juga “agama saudara” kami dapat keringanan yang sama. Ini masalah keadilan,” ujar Weisser.
Di Negara Amerika Serikat, beberapa sekolah distrik di New Jersey dan Michigan sudah mengadakan libur untuk Hari Raya Islam. Sementara, permohonan untuk libur di Baltimore dan Conecticut, yang tak jauh dari New York, belakangan tak direstui pemerintah setempat. (dar)